Rabu, 10 Oktober 2012

MAKALAH SOSIALISASI PESERTA DIDIK


SOSIALISASI PESERTA DIDIK
Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas Kelompok
Mata kuliah: Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Drs. Nur Hamidi
                                         
logo.jpg




Disusun Oleh : V-PAI C
1.      Chichi ‘Aisyatud Da’watiz Zahroh    10410006
2.      Purwanti                                              10410021
3.      Syarifuddin Musthofa                                    10410029
4.      Dwi Noventi                                       10410034
5.      Yuni Nafisah                                       10410037
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Universitas Islam Negeri SUNAN KALIJAGA
TAHUN 2012


PENDAHULUAN
                              Masalah yang berkaitan dengan sosiologi pendidikan sangat berkaitan sekali dengan peserta didik. Usia peserta didik (anak) merupakan usia terpenting dalam sosialisasi. Keluarga yang sangat dekat dengan anak menjadi sangat berperan dalam hal ini.
 Dan pada umumnya peserta didik mempunyai interaksi yang rendah saat pertama atau awal masuk sekolah atau kampus. Mereka yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda harus melakukan sosialisasi yang sangat penting dilakukan untuk tahap selanjutnya dalam proses penerimaan pembelajaran bahkan pada proses tahapan sosialisasi selanjutnya.
                              Berbagai masalah yang timbul dari dalam peserta didik maupun dari luar merupakan suatu problematika yang harus diselesaikan dengan berbagai solusi pula. Dengan adanya sekolah yang merupakan lembaga formal yang terbentu dari masyarakat yang modern, diharapkan dapat meningkatkan kepribadian peserta didik melalu peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan budi pekerti.
                              Maka dari itu, makalah ini akan dijelaskan tentang konsep sosialisasi secara umum dan sosialisasi peserta didik secara khususnya dan hal yang berkaitan dengan hal itu.
                             
                             




PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sosialisasi
1.      Kimball Young
Soisalisasi merupakan hubungan interaktif dimana seorang dapat mempelajari kebutuhan sosial dan kultural yang menjadikan sebagai anggota masyarakat.
2.      Thomas Ford Hoult
Sosialisasi merupakan proses belajar individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standar dalam kebudayaan suatu masyarakat.
3.      S. Nasution
Sosialisasi merupakan proses bimbingan individu ke dalam dunia sosial.[1]
4.      Paul B. Horton dan Chester L.Hunt
Sosialisasi suatu proses dengan mana seseorang menghayati (mendarahdagingkan, internalize) norma-norma kelompok dimana ia hidup sehingga timbullah “diri” yang unik.
5.      David B. Brikerhoft dan Lynn K. White
Sosialisasi sebagai “suatu proses belajar peran, status, dan nilai yang diperlukan untuk keikutsertaan (partisipasi) dalam instuisi sosial.
6.      James W. Vander Zanden
Sosialisasi sebagai “suatu proses interaksi sosial dengan mana orang memperoleh pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku esensial untuk keikutsertaan (partsioasi) efektif dalam masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah:
1.      Tentang proses yaitu suatu transmisi pengetahuan, sikap, nilai, norma, dan perilaku esensial.
2.      Tentang tujuannya yaitu sesuatu yang diperlukan agar mampu berpartisipasi efektif dalam masyarakat.[2]
Secara singkatnya sosialisasi merupakan suatu proses belajar kepada sesorang agar dapat mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, agar nanti dapat hidup di masyarakat dengan layak.[3]
B.     Jenis Sosialisasi
1.      Sosialisasi berdasarkan kebutuhan
Ada dua yaitu:
a.      Sosialisasi primer
Menunjuk pada suatu proses melaluinya seorang manusia mempelajari atau menerima pengethuan, sikap, nilai, norma, perilaku esensial, dan harapan agar mampu berpartisipasi efektif dalam masyarakat dan atau menjadi anggota masyarakat. Sosialisasi ini terjadi semenjak usia dini anak-anak agar terhindar dari kelumpuhan berpartisipasi dalam kehidupan sosial.
b.      Sosialisasi sekunder
Setiap proses selanjutnya yang mengimbas individu yang telah disosialisasikan itu ke dalam sektor-sektor baru dari dunia obyektif masyarakatnya.
Sosialisasi sekunder disebut pula resosialisasi (sosialisasi kembali), yaitu suatu proses mempelajari norma, nilai, sikap, dan perilaku baru agar sepadan dengan situasi baru yang mereka hadapi dalam kehidupan. Resosialisasi terjadi bagi orang yang akan memainkan peran baru. Contohnya, orang yang bersalah dan dimasukkan dalam penjara, setelah bebas, ini dikatakan sebagai proses resosialisasi yang berasal dari proses pencabutan diri (desosialisasi).[4] Menurut Henslin, ada 2 macam resosialisasi:
-          Resosialisasi yang bersifat lembut
-          Resosialisasi yang bersifat sangat kuat .[5]
2.      Sosialisasi berdasarkan cara yang dipakai
Sosialisasi Represif
Sosialisasi Partisipatoris
1.      Menghukum perilaku yang keliru
2.      Hukuman dan imbalan material
3.      Kepatuhan anak
4.      Komunikasi sebagai perintah
5.      Komunikasi non verbal
6.      Sosialisasi berpusat pada orang tua
7.      Anak memperhatikan kepentingan orang tua
8.      Keluarga merupakan significant other
1.      Memberi imbalan bagi pelaku yang baik
2.      Hukuman dan imbalan simbolis
3.      Otonomi anak
4.      Komunikasi sebagai interaksi
5.      Komunikasi verbal
6.      Sosialisasi yang berpusat pada anak
7.      Orang tua memperhatikan keperluan anak
8.      Keluarga merupakan generalized other


3.      Sosialisasi berdasarkan keberadaan perencanaan
Terencana
Tidak terencana
-          Sosialisasi dilakukan atas dasar rencana yang berkelanjutan dan sistematis
-          Ditemukan dalam dunia pendidikan formal (sekolah) dan non formal (kursus dan pelatihan)
-          Suatu proses interaksi yang terjadi dalam masyarakat.
-          Ditemukan dalam keluarga dan masyarakat (orang tua, teman sebaya, anggota senior masyarakat) [6]

C.    Agen Sosiologi atau Media Sosialisasi
1.      Keluarga
Merupakan orang pertama yang mengajarkan hal-hal yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan hidup manusia adalah anggota keluarga. Orang tua atau keluarga harus menjalankan sosialisasi. Fungsi sosialisasi merupakan suatu fungsi yang berupa peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak. Fungsi sosialisasi menunjukkan pada peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui fungsi ini, keluarga berusaha mempersiapkan bekal selengkap-lengkapnya dengan memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat, serta mempelajari peranan yang diharapkan dan dijalankan mereka kelak.
2.      Sekolah (teman sepermainan)
Merupakan lingkungan sosial kedua bagi anak setelah keluarga, dalam kelompok ini akan menemukan berbagai nilai dan norma yang berbeda bahkan bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga. Melalui lingkungan sekolah dan teman sebaya anak mulai mengenal harga diri, citra diri, dan hasrat pribadi.
3.      Lingkungan kerja
Merupakan proses sosialisasi lanjutan. Tempat kerja seorang mulai berorganisasi secara nyata dalam suatu sistem. Sejumlah hal yang perlu dipelajari dalam lingkungan kerja, misalnya bagaimana menyelesaikan pekerjaan, bagaimana bekerja sama dengan bagian lain, dan bagaimana beradaptasi dengan rekan kerja.
4.      Media massa
Merupakan sarana dalam proses sosialisasi kara media banyak memberikan informasi yang dapat menambah wawasan untuk memahami keberadaan manusia dan berbagai permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Media massa merupakan sarana yang efektif dan efisien untuk mendapatkan informasi, melalui media, seorang dapat mengetahui keadaan dan keberadaan lingkungan dan kebudayaan, sehingga dengan informasi tersebut dapat menambah wawasan seseorang.[7]
5.      Kelompok teman sebaya (Peer Group)
Merupakansuatu kelompok dari orang-orang seusia dan memiliki status yang sama, dengan siapa seseorang umumnya berhubungan atau bergaul (Horton dan Hunt, 1987: 115)
6.      Agama
Di seluruh dunia kata Henslin (2008: 164), agama memberikan jawaban pada pertanyaan yang membingungkan mengenai makna kehidupan sebenarnya, seperti tujuan hidup, mengapa manusia menderita, dan eksistensi kehidupan di alam akhirat.
7.      Lingkungan tempat tinggal
Di Indonesia dikenal paling sedikit dua lingkungan tempat tinggal:
a.       Kompleks perumahan: suatu lingkungan tempat tinggal yang tertata dengan rapi dan terencana dibandingkan dengan perkampungan, yang dilihat sebagai tempat tinggal yang berkembag secara alamiah dan relatif lebih homogen secara sosial dan budaya dari penghuninya.
b.      Kompleks perumahan: biasanya berasal dari kelompok kelas menengah bawah, cenderung memilih tinggal di tempat di mana mereka berasal, yaitu perkampungan, karena disana keluarga besar mereka juga tinggal sehingga mereka bisa menitipkan anak mereka kepada keluarga besar mereka tersebut.
D.    Tahapan Sosiologi Perkembangan Kepribadian
1.      (CHARLES H. COOLEY)
Looking Glass Self  (Cermin Diri) terbentuk melalui:
a.       Anda membayangkan bagaimana Anda tampak bagi mereka di sekeliling kita.
b.      Anda menafsirkan reaksi orang lain.
c.       Anda mengembangkan suatu konsep diri.[8]
2.      George Herbert Mead : Tahapan Perkembangan Diri
a.       Tahap Prepatory (tahap playstage)
Seorang anak belajar mengambil perspektif orang lain yang dianggap sesuai dengan kebutuhan hidupnya dan melihat dirinya sebagai objek.
b.      Tahap pertandingan (game stage)
Seorang anak tidak hanya mengetahui peran yang dimainkannya, melainkan juga peran yang harus dimainkan orang lain denga siapa dia melakukan interaksi.
c.       Perkembangan lanjutan (the generalized other)
Anak mampu mengontrol perilakunya sendiri menurut peran umum yang bersifat impersonal, yang didalamnya terdapat harapan dan starndar komunitas (masyarakat keseluruhan) berupa kebiasaan, pola normatif atau ideal abstrak, atau nilai universal.

3.      Sigmund Freud: Tiga Unsur diri
Tiga unsur diri itu adalah:
a.       Id (bawaan lahir atau naluriah)
Merupakan pusat nafsu dan dorongan yang bersifat naluriah dan asosial, rakus dan antisosial untuk mencari kepuasan diri.
Contoh: perhatian, keselamatan, makanan dan seks.



b.      Superego (tuntutan masyarakat)
Merupakan unsur diri yang bersifat sosial dan kompleks dari cita-cita dan nilai sosial yang dihayati seseorang dan membentuk hati nurani (conscience). Superego mewakili kebudayaan dalm diri sesorang, norma, nilai yang telah kita internalisasi dari kelompok sosial seseorang.
Contoh: rasa bersalah atau malu ketika seseorang melanggar aturan sosial atau adat atau sebaliknya.
c.       Ego
Merupakan unsur diri yang bersifat sadar dan rasional yang merupakan penyeimbang antara id dan superego.
Contoh: seseorang yang tidak mampu menyesuaikan diri makan orang tersebut mengalami kebingungan internal dan perilaku bermasalah.[9]
E.     Sosialisasi Peserta Didik di Sekolah
Anak berinteraksi dengan guru-guru (pengajar) beserta bahan-bahan pendidikan dan pengajaran, teman-teman peserta didik lainnya, serta pegawai-pegawai tata usaha. Ia memperoleh pendidikan formal (terprogram dan terjabarkan dengan tetap) di sekolah berupa pembentukan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap bidang studi/ mata pelajaran. Akibat bersosialisasi dengan pendidikan formal, terbentuklah kepribadiannya untuk tekun dan rajin belajar disertai keinginan untuk meraih cita-cita akademis yang setinggi-tingginya. Sebaliknya akibat berinteraksi dengan teman-teman sekolahnya yang kurang tertib sekolanhya, pembolos, malas belajar, dan sebagainya, dan kurang dapat mengendalikan diri untuk mengatasi sikap-sikap yang tidak akademis, maka terpengaruhlah kepribadiannya menjadi kurang/ tidak produktif dalam belajar. Akibatnya prestasi akademisnya merosot, sampai tidak tamat/ putus.[10]
 l Sebagai proses sosialisasi anak, sekolah memiliki peranan sebagai:
a.       Transmisi kebudayaan
Norma-norma, nilai-nilai dan informasi melalui pengajaran secara langsung. Misal, sifat-sifat warga negara yang baik.
b.      Mengadakan kumpulan sosial
Perkumpulan pramuka, olahraga dan lain-lain.
c.       Memperkenalkan anak dengan tokoh teladan
Misal, guru.
d.      Menggunakan tindakan positif
Seperti pujian, hadiah dan sebagainya.[11]
l Sedangkan nilai-nilai yang disosialisasikan kepada anak di sekolah adalah:
a.       Nilai kemandirian dan tanggung jawab pribadi peserta didik terhadap tugas dan pekerjaan yang diberikan.
b.      Nilai tentang prestasi.
c.       Nilai universalisme
Perlakuan yang sama pada setiap orang.
d.      Nilai spesifitas, kebalikan dari nilai kekaburan,
Di sekolah seseorang ditanggapi atau ditangani secara spesifik terhadap aya yang dikerjakannya.[12]
                              Kendati demikian, ketika anak sudah masuk sekolah bukan berarti tugas orang tua sudah berakhir membimbing dan mendidik anaknya.


                  l Beberapa pengaruh sosialisai anak:
1.      Sifat dasar
2.      Lingkungan prenatal (lingkungan dalam kandungan ibu)
3.      Perbedaan individual
4.      Lingkungan alam
5.      Motivasi-motivasi   
l metode yang digunakan dalam memengaruhi sosialisasi anak:
1.      Metode ganjaran dan hukuman
2.      Metode didacting teaching.
Metode yang mengutamakan pengajaran kepada anak tentang berbagai macam pengetahuan dan keterampilan.
3.      Metode pemberian contoh
Proses sosialisasi anak didik juga dipengaruhi oleh pendidik. Pendidik bertanggung jawab terhadap pentingnya memahami beragam latar belakang sosial anak didik yang sedapat mungkin menghindari, baik sengaja maupun tidak sengajar, terhadap perlakuan diskriminasi atau mengabaikan potensi anak didik yang berlatar belakang sosial ekonomi, budaya, agama, etnis dan politik dari keluarga anak didik. Anak didik tanpa terkecuali, didorong dan dibimbing dengan optimal agar mereka memiliki kesempatan yang sama dan optimal dalam proses pembelajaran. [13]







PENUTUP
Kesimpulan
                              Sosialisasi terjadi sepanjang hidup, mulai dari lahir sampai ajalnya tiba. Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi, dengan nama individu menghambat atau mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil alih cara hidup atau kebudayaan masyarakat. Dalam proses ini, individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola  nilai dan tingkah laku dan semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisai itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri.[14]
                              Sekolah sebagai lembaga formal telah mensosialisasikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Sehingga sekolah dipandang sebagai tempat yang menjadi transisi dari kehidupan keluarga ke dalam kehidupan masyarakat.
                              Keluarga, lingkungan kerja, agama, media massa, lingkungan tempat tinggal menjadi agen sosialisasi yang penting untuk menjadikan anak didik yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Damsar. 2012. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
 H. Gunawan, Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
H. Gunawan, Ary. 2005. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.


[1] Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2011) hal.99-100
[2] Prof. Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 65-66
[3] Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 99.
[4] Prof. Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan.....Opcit., hal 66-68
[5] Nur Hamidi, Handout Sosiologi Pendidikan 2012
[6] Prof. Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan.....Opcit., hal 68-69
[7] Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, Opcit., hal. 112-113
[8] Prof. Damsar. Sosiologi pendidikan, Opcit., hal. 81
[9] Prof. Damsar. Sosiologi pendidikan, Opcit., hal.81-85
[10] Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 57-58
[11] Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan., Opcit., hal. 107
[12] Prof. Damsar. Sosiologi pendidikan, Opcit., hal. 73-74
[13] Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan., Opcit., hal. 108-115
[14] Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan., Opcit., hal 103

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NILAI PAS KELAS 2A

Blok Pink: Siswa Tahfidz