Kepemimpinan
Transaksional dan Transformasional
Makalah
ini disusun guna Memenuhi Tugas Individu
Mata
kuliah: Leadership
Dosen
Pengampu: Drs. Nur Munajat M.Si
Disusun
Oleh : V-PAI C
Nama :Chichi ‘Aisyatud Da’watiz Zahroh
NIM :10410006
No.
Absen :
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN
SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
TAHUN
2012
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tolak ukur suatu negara adalah berdasarkan kepemimpinannya,
itulah kalimat yang bisa menggambarkan kemajuan suatu negara. Membahas tentang
kepemimpinan seperti tidak akan ada habis-habisnya. Kepemimpinan yang ideal
menjadi sebuah makna yang sukar untuk dilakukan apalagi di negara Indonesia
yang telah terjadi krisis kepemimpinan.
Pemimpin menjadi sebuah
komponen penting yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Pemimpin muncul
karena adanya perbedaan perbedaan dalam kehidupan manuisa yang heterogen, yang kemudian butuh untuk disatukan, diselaraskan dan
diarahkan agar perbedaan-perbedaan itu tidak melahirkan sebuah konflik atau
banyaknya masalah. Adaya pemimpin untuk mencari solusi itu.
Dia adalah “orang terpilih” karena semua pihak yang berbeda pendapat setuju untuk menjadikannya penengah. Oleh
sebab itu kebanyakan pemimpin sejati yang kita kenal adalah orang yang
memiliki
kelebihan-kelebihan sifat maupun kemampuan dibanding manusia kebanyakan.
Di antara
jenis Kepemimpinan itu adalah kepemimpinan transaksional dan tranformasional.
Kedua jenis kepemimpinan ini pertama kali dipaparkan oleh Burn pada tahun 1978
dalam konteks politik, yang kemudian dikembangkan oleh Bass 1985 serta Berry
dan Houston (1993”) yang membawanya dalam konteks organisasional.
Kepemimpinan
transaksional dan tranformasinal sering disebutkan secara berdampingan satu
dengan yang lainnya ini karena pada dasarnya keduanya memiliki perspektif yang
sama dalam hal “seorang pemimpin harus memberikan sesuatu agar anggota bergerak
menuju tujuan organisasi”..
Dalam makalah ini akan disajikan berbagai pemaparan
tentang kepemimpinan transaksional dan tranformasional baik dari perspektif
umum maupun pendidikan.
B. Rumusan
Masalah
Berangkat
dari latar belakang diatas, rumusan masalahnya adalah:
1. Apa
pengertian kepemimpinan?
2. Apakah
pengertian kepemimpinan transaksional?
3. Apakah
pengertian kepemimpinan tranformasional?
4.
Apa hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan transaksional dan
transformasional?
PEMBAHASAN
A. Pengertian
kepemimpinan
1. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi.
kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut) .
Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. tersirat dalam definisi
ini adalah premis bahwa pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana
membangkitkan inspirasi dan berralasi dengan para pengikut mereka.
2.
Kepemimpinan
merupakan suatu proses. agar bisa mempimpin, pemimpin harus melakukan sesuatu.
sprti telah diobservasi oleh john gardner (1986-1988) kepemimpinan lebih dari
sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas yang diformalkan
mungkin sangat mendorong suatu proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki
posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.
3.
Kepemimpinan
harus membujuk orang lain untuk mengambil tindakan. Pemimpin membujuk
pengikutnya melalui berbagai cara, seoerti menggunakan otoritas yang
terelegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi
imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi dan mengkomonikasikan visi.[1]
Sehingga dapat disimpulkan, kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang
dilakukan oleh individu atau kelompok untuk
mengoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.[2]
Empat keterampilan
dan keahlian dalam seni memimpin:
1. Kemampuan
menggunakan kekuasaan secara efektif dan dalam perilaku yang bertanggung jawab.
2. Kemampuan
memahami manusia yang memiliki kekuatan motivasi yang berbeda pada waktu yang
berbeda dan dalam situasi yang berbeda pula.
3. Kemampuan
memberikan dan memicu inspirasi pihak
lain.
4. Kemampuan
bertindak dengan suatu perilaku yang dapat mengembangkansuatu iklim yang
kondusif untuk merespon dan meningkatkan motivasi.[3]
B. Kepemimpinan
Transaksional
1.
Burns 1978
Model kepemimpinan yang terjadi ketika pola
relasi antara pemimpin konstituen maupun antara pemimpin dengan elit politiknya
lainnya dilandasi oleh semangat pertukaran kepentingan
ekonomi ataupolitik untuk memelihara atau melanjutkan status quo.
2.
Menurut Bycio dkk. (1995) serta Koh dkk. (1995).
a.
Pengertian
Kepemimpinan transaksional
adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya pada
transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan
hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepekatan mengenai
klasifikasi sasaran, standar kerja, dan penghargaan.
Sehingga dapat diartikan, kepemimpinan
Transaksional sebagai cara yang digunakan seorang pemimpin dalam menggerakkan
anggotanya dengan menawarkan imbalan atau akibat kontribusi yang diebrikan oleh
anggota kepada organisasi.
b.
Unsur-Unsur
kepemimpinan:
1.
Unsur kerja
sama antara pengikut dan pemimpin yang bersifat kontraktual.
2.
Unsur prestasi
yang terukur.
3.
Unsur reward
atau upah yang dipertukarkan dengan loyalitas.
Pola
kepemimpinan ini akan berjalan dengan baik apabila ketiga unsur diatas
terpenuhi.sekaligus memuaskan kedua belah.[4]
c.
Karakteristik kepemimpinan transaksional ditunjukkan
dengan perilaku atasan sebagai berikut (Bass dalam Robbins – Judge, 2008) :
1. Imbalan
Kontinjen (Contingensi
Reward).
Pemimpin
melakuka kesepakatan tentang hal-hal apa saja yang dilakukan oleh bawahan dan
menjanjikan imbalan apa yang akan diperoleh bila hal tersebut dicapai.
2. Manajemen
dengan pengecualian/ aktif (Active Manajemen By exception) Pada
manajemen eksepsi aktif pemimpin memantau deviasi dari standar yang telah
ditetapkan dan melakukan tindakan perbaikan, serta
melakukan tindakan perbaikan.
3. Manajemen
pengecualian / pasif (Pasive Manajemen
By exception).
Pada manajemen pasif pemimpin melakukan
tindakan jika standar tidak tercapai.
d.
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja
adalah sesuatu perasaan yang dimiliki masing-masing individu khususnya dalam
menilai kerja.
Kepuasan kerja pada
dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual, setiap individu memiliki
tingkat kepuasan yang berbeda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada
dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan
keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut,
dengan demikian kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas
perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.
Kepuasan kerja
adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang
berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Perasaan yang
berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang
diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lainnya,
penempatan kerja,jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu
pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya, antara lain
umur, kondisi kesehatan, kemampuan, pendidikan.
Hian Chye Koh
menyatakan bahwa kepuasan kerja didukung oleh lima faktor yang meliputi:
pekerjaan, rekan kerja, gaji, promosi, dan pemimpin. Berangkat dari pendapat
itu, diantara kepuasan kerja yang didapat karyawan, faktor pemimpin mempunyai
andil dalam membentuk loyalitas karyawan agar tetap berjalan sesuai dengan apa
yang dihapkan oleh perusahaan.
C.
Kepemimpinan Transformasional
1.
Pengertian
Kemampuan melakukan transformasi aneka sumber daya
sekolah dimutlak-kan dalam kerangka
kepemimpinan sekolah yang dikelola secara berbasis MBS. Istilah
transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi
bentuk lain yang berbeda/ Misalnya,
mentransformasikan visi menjadi realita, panas menjadi energi, potensi menjadi
aktual, laten menjadi manifes, dan sebagainya. Transformasional, karenanya,
mengandung makna sifat-sifat yang dapat mengubah sesuatu menjadi bentuk lain, misalnya, mengubah
energi potensial menjadi energi aktual atau motif berprestasi
menjadi prestasi riil.
Dengan demikian, seorang kepala
sekolah disebut menerapkan kaidah kepemimpinan
transformasional, jika dia mampu mengubah energi sumber daya; baik manusia,
instrumen, maupun situasi untuk mencapai tujuan-tujuan reformasi sekolah.
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja dengan dan/atau melalui orang lain
untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam
rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai
dengan target capaian yang telah ditetapkan. Sumber daya dimaksud dapat berupa
SDM, fasilitas, dana, dan faktor-faktor eksternal keorganisasian. Dalam organisasi pembelajaran, SDM dimaksud dapat
berupa pimpinan, staf, bawahan, tenaga
ahli, guru, dosen, widyaiswara, peneliti, dan Iain-lain.
Berkaitan
dengan kepemimpinan transformasional ini, Leithwood dkk. (1999) menulis:
Transformational leadership
is seen to be sensitive to organization building, developing shared
vision, distributing leadership and building school culture necessary to
current restructuring efforts in schools.
Kutipan ini menggariskan
bahwa kepemimpinan transformasional menggiring SDM yang dipimpin ke arah tumbuhnya sensitivitas pembinaan dan
pengembangan organisasi, pengembangan visi secara bersama,
pendistribusian kewenangan kepemimpinan, dan
membangun kultur organisasi sekolah yang menjadi keharusan dalam skema
restrukturisasi sekolah itu.[5]
a. Menurut Bass dalam Swandari (2003) mendefinisikan
bahwa kepemimpinan transformasional sebagai pemimpin yang mempunyai kekuatan
untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu. Dengan penerapan
kepemimpinan transformasional bawahan akan merasa dipercaya, dihargai, loyal
dan tanggap kepada pimpinannya.
b. Kepemimpinan transformasional adalah tipe
pemimpin yang menginsprirasi para pengikutnya untuk mengenyampingkan
kepentingan pribadi mereka dan memiliki kemampuan mempengaruhi yang luar biasa,
Aspek utama dari kepemimpinan transformasional adalah penekanan pada pembangunan
pengikut.
2.
Ada tiga
cara seorang pemimpin transformasional dalam yaitu dengan:
a.
Mendorong
bawahan untuk lebih menyadari arti
penting hasil usaha;
b.
Mendorong
bawahan untuk mendahulukan kepentingan kelompok; dan
c.
Meningkatkan
kebutuhan bawahan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri.
3.
Bass dalam Robbin dan Judge, (2008) mengemukakan
adanya empat ciri karakteristik kepemimpinan transformasional, yaitu:
a. Kharisma (Charisma) / Pengaruh yang Ideal
Merupakan
proses pemimpin mempengaruhi bawahan dengan menimbulkan emosi-emosi yang kuat,
Kharisma atau pengaruh yang ideal berkaitan dengan reaksi bawahan
terhadap pemimpin. Pemimpin di identifikasikan dengan dijadikan sebagai penutan
oleh bawahan, dipercaya, dihormati dan mempunyai misi dan visi yang jelas
menurut persepsi bawahan dapat diwujudkan. Pemimpin mendapatkan standard yang
tinggi dan sasaran yang menantang bagi bawahan.
Kharisma dan pengaruh yang ideal dari pemimpin menunjukkan adanya
pendirian, menekankan kebanggan dan kepercayaan, menempatkan isu-isu yang
sulit, menunjukkan nilai yang paling penting dalam visi dan misi yang kuat,
menekankan pentingnya tujuan, komitmen dan konsekuen etika dari keputusan serta
memiliki sence of mission. Dengan
demikian pemimpin akan diteladani, membangkitkan kebanggaan, loyalitas, hormat,
antusiasme, dan kepercayaan bawahan. Selain itu pemimpin akan membuat
bawahan mempunyai kepercayaan diri. Sunarsih, (2001)[6]
b. Rangsangan intelektual (intellectual stimulation)
Berarti
mengenalkan cara pemecahan masalah secara cerdik dan cermat, rasional dan
hati-hati sehingga anggota mampu berpikir tentang masalah dengan cara baru dan
menghasilkan pemecahan yang kreatif. Rangsangan intelektual berarti menghargai
kecerdasan mengembangkan rasionalitas dan pengambilan keputusan secara
hati-hati. Pemimpin yang mendorong bawahan untuk lebih kreatif,
menghilangkan keengganan bawahan untuk mengeluarkan ide-idenya dan dalam
menyelesaikan permasalahan yang ada menggunakan pendekatan-pendekatan baru yang
lebih menggunakan intelegasi dan alasan-alasan yang rasional dari pada hanya
didasarkan pada opini-opini atau perkiraan-perkiraan semata. Bass dalam
Sunarsih, (2001).
c. Inspirasi
(Inspiration)
Pemimpin yang
inspirasional adalah seorang pemimpin yang bertindak dengan cara memotivasi dan
menginspirasi bawahan yang berarti mampu mengkomunikasikan harapan-harapan yang
tinggi dari bawahannya, menggunakan simbol-simbol untuk memfokuskan pada kerja
keras, mengekspresikan tujuan dengan cara sederhana.
Pemimpin
mempunyai visi yang menarik untuk masa depan, menetapkan standar yang tinggi
bagi para bawahan, optimis dan antusiasme, memberikan dorongan dan arti
terhadap apa yang perlu dilakukan. Sehingga pemimpin semacam ini akan
memperbesar optimisme dan antusiasme bawahan serta motivasi dan menginspirasi
bawahannya untuk melebihi harapan motivasional awal melalui dukungan emosional
dan daya tarik emosional.
d. Perhatian Individual (Individualized consideration)
Perhatian
secara individual merupakan cara yang digunakan oleh pemimpin untuk memperoleh
kekuasaan dengan bertindak sebagai pembimbing, memberi perhatian secara individual
dan dukungan secara pribadi kepada bawahannya.
4. Ciri Kepemimpinan Tranformasional
a. Unsur pemimpin
Pemimpin memiliki karisma dimata pengikut, visi
atau idelisme yang seduai dengan harapan berikut, mampu memberikan pengaruh
kepada pengikut.
b. Unsur pengikut
Pengikut memiliki inspirasi dan
dirinya dan memandang pemimpin mampu membawanya untuk mewujudkan inspirasi
tersebut dan memiliki motivasi dan pemimpin motivasi tersebut untuk diarahkan
menjadi tujuan bersama.
c. Unsur kerja sama
Di dalam melaksanakan
pekerjaannya, pemimpin mampu merangsang atau memicu kreatifitas intelektual
dari para pengikut.
d. Unsur keputusan
Di dalam kerja sama
tranformasional, pengikut bebas mengambil keputusan dan bukan karena ada
tekanan.[7]
Pemimpin mampu
memperlakukan orang lain sebagai individu, mempertimbangkan kebutuhan
individual dan aspirasi-aspirasi, mendengarkan, mendidik dan melatih bawahan.
Sehingga pemimpin seperti ini memberikan perhatian personal terhadap bawahannya
yang melihat bawahan sebagai individual dan menawarkan perhatian khusus untuk
mengembangkan bawahan demi kinerja yang bagus. Pimpinan memberikan
perhatian pribadi kepada bawahannya, seperti memperlakukan mereka sebagai
pribadi yang utuh dan menghargai sikap peduli mereka terhadap organisasi.[8]
D. Hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan
transaksional dan transformasional
1. Perbedaan
Transaksional
|
Tranformasional
|
1.
Kepemimpinan transaksional menggunakan pendekatan
transaksi untuk disepakati bersama antara pemimpin dengan karyawan. Disini
pemimpin mengambil inisiatif untuk menawarkan beberapa bentuk pemuasan
kebutuhan karyawan seperti peningkatan upah, promosi, pengakuan dan perbaikan
kondisi kerja. Sebaliknya apabila karyawan mau menerima tawaran itu mereka
harus bekerja keras untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Apabila kedua
belah pihak telah menyepakati transaksi tersebut, pemimpin menindaklanjuti
dengan merumuskan dan mendiskripsikan tugas-tugas dengan jelas dan
operasional, menjelaskan target yang harus dicapai, menawarkan berbagai
bentuk imbalan yang dapat memotivasi karyawan untuk bekerja keras.
2.
Kepemimpinan transaksional memotivasi pengikut
dengan minat-minat pribadi, melibatkan nilai-nilai yang relevan dalam proses
pertukaran dan tidak langsung menyentuh substansi perubahan yang dikehendaki.
Selain tujuan antara transformasional dengan transaksionl berbeda,
kontuniutas perilaku juga berbeda. Keperbedaan kedua pendekatan kepemimpinan
tersebut bukanlah bersifat dikotomis melainkan lebih bersifat stuasional,
sehingga tampilannya lebih berupa sebuah kontinium atau kontingensi.
|
1.
untuk menjadi pemimpin yang sukses, dia harus
membangkitkan komitmen pengikutnya untuk dengan kesadarannya membangun
nilai-nilai organisasi, mengembangkan visi organisasi, melakukan perubahan,
dan mencari terobosan-terobosan baru untuk meningkatkan produktivitas
organisasi. Untuk menjadi pemimpin transformasional, ia harus melakukan
tugasnya melalui:
Pertama, Membangun keadaran pengikutnya akan pentingnya semua pihak mengembangkan dan perlunya semua pihak harus bekerja keras untuk meningkatkan produktivitas organisasi. Kedua mengembangkan komitmen berorganisasi dengan mengembangkan kesadran ikut memilki organisasi, kesadran bertanggung jawab menjaga kebutuhan dan kehidupan organisasi, serta berusaha memlihar dan memajukan organisasi.
Pada
kepemimpinan transaksional pemimpin memang berperan sebagai penampung
aspirasi anggotanya, akan tetapi lebih fokus pada aspirasi para individu,
bukan lembaga. Jadi pemimpin bekerja sepenuh tenaga untuk sebesar mungkin
memenuhi aspirasi para individu. Pemimpin bekerja pada sistem yang sudah
terbangun, tanpa dituntut punya inisiatif mengembangkan komunitas lebih
lanjut. Singkatnya, dalam kepemimpinan transaksional, pemimpin lebih
bertindak sebagai seorang manajer dengan berpedoman kuat pada nilai-nilai yang
sudah terbangun secara mapan. Akad hubungan dengan anggota yang ditekankan
adalah “reward” (imbalan) dan “punishmen” (hukuman) yang bersifat
konvesional.
2.
Pemimpin transformasional bisa melakukan perilaku
transaksional dalam situasi tertentu guna menciptakan perubahan, sehingga
proses penggabungan dua model kepemimpinan tersebut terjadi.
Sementara dalam kepemimpinan transformasional,
selain menjadi representasi keinginan bersama para anggotanya, pemimpin juga
dituntut untuk selalu aktif melakukan inisiasi perubahan (envisioning).
Memang dia akan berpijak sistem yang sudah ada, akan tetapi bersamaan dengan
itu, dia juga aktif mempromosikan visi baru yang progresif berlandaskan pada
moralitas dan tujuan luhur bersama. Pemimpin menjadi motivator kegairahan anggotanya
untuk bersama mendorong kemajuan lembaga.
Dalam proses kepemimpinannya, ada proses dialektika
aktif antara pemimpin dan anggota untuk mendiskusikan visi baru organisaisi.
Dalam proses tersebut anggota memberikan standar “capaian” bersama organisasi,
dan pada saat yang sama pemimpin menstimulasi diskursus yang mengarah pada
capaian standar baru yang lebih tinggi. Jadi, ada tambahan peran pemimpin
transformational yaitu envisioning, energizing, dan enabling (Burns 2003).
Envisioning artinya pemimpin menstimulus terbentuknya visi baru organisasi
yang lebih maju. Energizing berarti berarti kekuatan karakter yang menjadi
sumber energi (spirit) bagi anggota untuk bergairah bekerja mewujudkan
cita-cita lembaga. Dan dengan enabling Pemimpin bekerja bersama dengan
anggota sehingga memberikan keyakinan akan terwujudnya cita-cita lembaga
(bukan cita-cita individu).[9]
|
Keduanya memiliki kesamaan dalam hal perlunya
memberikan “sesuatu” kepada anggota agar mereka bergerak sesuai tujuan
organisasi, selain itu ada juga tiga perbedaan antara jenis kepemimpinan ini,
yakni :
a.
Transaksional
memberi imbalan berupa kebutuhan fisiologis bagi para anggotanya sedangkan
transformasional memberi inspirasi dan motivasi untuk mendapatkan self
esteem/harga diri dan aktualisasi diri.
b.
Dalam hal kepentingan
yang didahulukan, kepemimpinan transaksional mementingkan kepentingan pribadi
anggota untuk ditukar dengan imbalan agar ia mau bekerja demi kepentingan
bersama sedangkan transformasional mementingkan kepentingan bersama dengan
menjelaskan betapa pentingnya hal tersebut sehingga anggota rela
mengesampingkan kepentingan pribadinya.
c.
Dalam hal
situasi internal dan eksternal organisasi, transaksional biasanya dipakai dalam
situasi yang stabil dan dalam hal-hal teknis yang telah baku prosedurnya
sedangkan Transformasional dipakai dalam keadaan tak stabil dan atau terpuruk
serta dalam hal-hal yang bersifat strategis dan tak baku.[10]
Burn (dalam Pawar dan
Eastman, 1997) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional
dapat dipilah secara tegas walaupun keduanya
merupakan gaya kepemimpinan yang saling bertentangan karena kepemimpinan transformasional dan transaksional
sangat penting dan dibutuhkan setiap organisasi.
Pada dasarnya, kepemimpinan
merupakan kemampuan pemimpin
untuk mempengaruhi karyawan dalam sebuah organisasi, sehingga mereka
termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam memberikan penilaian
terhadap gayakepemimpinan yang diterapkan pemimpin, karyawan melakukan
proses kognitif untuk menerima, mengorganisasikan, dan memberi penafsiran
terhadap pemimpin (Solso, 1998).
Berbagai penelitian yang
dilakukan berkaitan dengan kepuasan kerja terutama dalam hubungannya
dengan gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional.
Penelitian yang dilakukan oleh Koh dkk. (1995) menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara kepemimpinan transformasional dan transaksional dengan
kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Popper dan Zakkai (1994)
menunjukkan bahwa pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap
organisasi sangat besar.[11]
3. Bagan Hubungan Kepemimpinan Transaksional dan
Tranformasional
Karisma Idealisme
|
Stimulasi
Intelektual
|
Hasil yang
terjadi
|
Kepemimpinan
Transaksional
Management
By-Expection
Contingent Reward
|
Hasil yang
diharapkan
|
Perhatian
Individual
|
Motivasi
Inspirasional
|
PENUTUP
KESIMPULAN
Karakteristik kepemimpinan secara umum: sederhana,
jujur, percaya diri, cerdas, adil, luwes, bertanggung jawab dan masih banyak
lagi.[12]
Kepemimpinan Transaksional dapat diartikan sebagai cara yang digunakan seorang
pemimpin dalam menggerakkan anggotanya dengan menawarkan imbalan/akibat
terhadap setiap kontribusi yang diberikan oleh anggota kepada organisasi.
Karakteristik Kepemimpinan
Transaksional terdiri dari:
- Pengadaan Imbalan, pemimpin
menggunakan serangkaian imbalan untuk memotivasi para anggota, Imbalannya
berupa kebutuhan tingkat fisiologis (maslow).
- Eksepsi/pengecualian, dimana
pemimpin akan memberi tindakan koreksi atau pembatalan imbalan atau sanksi
apabila anggota gagal mencapai sasaran prestasi yang ditetapkan
Karakteristik Pemimpin
Transaksionalis terdiri dari:
- Mengetahui keinginan bawahan
- Terampil
Memberikan imbalan atau janji yang tepat
- Responsif
terhadap kepentingan bawahan
Kondisi yang dianggap pas
dalam menerapkan Kepemimpinan Transaksional:
- Internal
1. Struktur Organisasi (mekanistik,
peraturan, prosedur jelas, sentralisasi tinggi)
2. Teknologi Organisasi (teknologi proses,
kontinue, mass-production)
3. Sumber kekuasan & pola hubungan
anggota organisasi (sumber kekuasaaan di dalam struktur, hubungan formal)
4. Tipe kelompok kerja(kerja tim, sifat
pekerjaan umumnya engineering/teknis)
- Eksternal
1. Struktur lingkungan luar(baik, norma
kuat, status quo)
2.Kondisi perubahan (lambat, tidakstabil,
ketidakpastian rendah)
3.Kondisi pasar( stabil)
Sedangkan Kepemimpinan Transformasional adalah
kepemimpinan yang membawa organisasi pada sebuah tujuan baru yang lebih besar
dan belum pernah dicapai sebelumnya dengan memberikan kekuatan mental dan
keyakinan kepada para anggota agar mereka bergerak secara sungguh-sungguh
menuju tujuan bersama tersebut dengan mengesampingkan kepentingan/keadaan
personalnya.
Karakteristik Kepemimpinan
Transformasional:
- Adanya pemberian wawasan
serta penyadaran akan misi, membangkitkan kebanggaan, serta menumbuhkan sikap
hormat dan kepercayaan pada para bawahannya (Idealized Influence - Charisma)
- Adanya proses menumbuhkan
ekspektasi yang tinggi melalui pemanfaatan simbol-simbol untuk memfokuskan
usaha dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara yang sederhana
(Inspirational Motivation),
- Adanya usaha meningkatkan intelegensia,
rasionalitas, dan pemecahan masalah secara seksama (Intellectual Stimulation),
- Pemimpin memberikan perhatian, membina, membimbing,
dan melatih setiap orang secara khusus dan pribadi (Individualized
Consideration).
Karakteristik Pemimpin Transformasionalis
- Kharismatik
- Inspiratif
dan motivatif
- Percaya diri
- Mampu
berkomunikasi dengan baik
- Visioner
- Memiliki
idealisme yang tinggi
Kondisi yang dianggap pas dalam menerapkan
Kepemimpinan Transformasional
- Eksternal
1. Struktur lingkungan luar
(ada tekanan terhadap situasi, Ketidakpuasan masyarakat)
2. Kondisi perubahan (berubah
cepat, bergejolak, ketidakpastian)
3. Kondisi pasar (sering
terjadi perubahan dan tak stabil)
4. Pola hubungan kepemimpinan
(pemimpin sebagai orang tua yang membimbing ke pencapaian tujuan, hubungan
emosional dengan anggota kental dan dekat)
- Internal
1. Struktur Organisasi (organik, prosedur adaptif,
otoritas tidak jelas, desentralisasi)
2. Teknologi Organisasi (teknologi batch/satu kali
pengerjaan)
3. Sumber kekuasan & pola hubungan
anggota organisasi (sumber kekuasaan penguasaan informasi, hubungan informal)
4. Tipe kelompok kerja (kerja tim-variatif,
sifat pekerjaan umumnya yang memerlukan kreativitas tinggi, craft:keahlian,
heuristic:tidak terstruktur, manajemen atas dan menengah)
Keduanya memiliki kesamaan dalam hal perlunya
memberikan “sesuatu” kepada anggota agar mereka bergerak sesuai tujuan
organisasi, selain itu ada juga tiga perbedaan antara jenis kepemimpinan ini,
yakni :
1. Transaksional memberi imbalan
berupa kebutuhan fisiologis bagi para anggotanya sedangkan transformasional
memberi inspirasi dan motivasi untuk mendapatkan self esteem/harga diri dan
aktualisasi diri.
2. Dalam hal kepentingan
yang didahulukan, kepemimpinan transaksional mementingkan kepentingan pribadi
anggota untuk ditukar dengan imbalan agar ia mau bekerja demi kepentingan
bersama sedangkan transformasional mementingkan kepentingan bersama dengan
menjelaskan betapa pentingnya hal tersebut sehingga anggota rela mengesampingkan
kepentingan pribadinya.
3. Dalam hal situasi internal dan
eksternal organisasi, transaksional biasanya dipakai dalam situasi yang stabil
dan dalam hal-hal teknis yang telah baku prosedurnya sedangkan Transformasional
dipakai dalam keadaan tak stabil dan atau terpuruk serta dalam hal-hal yang bersifat
strategis dan tak bakuDalam
sistem yang dibentuk di dalam sebuah organisasi, selama sistem digunakan untuk
mengatur manusia, maka tetap diperlukan campur tangan manusia. Campur tangan
manusia tersebut berguna untuk menimbulkan pengaruh terhadap hasil yang
diharapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Danim,
Sudarwan. 2007. Visi Baru Manejemen Sekolah: dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.
Danim,
Sudarwan. 2007. Menjadi komunitas pembelajar: kepemimpinan transformasioanl
dalam
komunitas organisasi pembelajaran.jakarta: Bumi Aksara.
Lensufiie,
Tikno. 2010. Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa. Jakarta:
Erlangga.
Frinces,
Heflin. 2009. Kepmimpinan Berbasis Kewirausahaan Entrpreurial-Based
Leadership. Yogyakarta: Mida Pustaka.
Munawwir,
Imam. 1994. Asas-Asas Kepemimpinan dalam Islam. Surabaya: Usaha Dunia.
kepemimpinan-transaksional-pengaruhnya-terhadap-kepuasan-kerja-pegawai/
[1]
http://erdiyansyah.wordpress.com/2010/08/14/kepemimpinan-transformasional-dan-kepemimpinan-transaksional-pengaruhnya-terhadap-kepuasan-kerja-pegawai/
[2]
Sudarwan, Danim, Visi Baru Manejemen Sekolah: dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 205.
[3] Dr. Z. Heflin Frincess, BSc,
MSc. Soc, MA, Kepemimpinan Berbasis Kewirausahaan Entrepreneurial-Based
Leadership, (Yogyakarta: Mida Pustaka, 2009), hal. 81
[4] Tikno Lensufiie, Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa,
(Jakarta: Erlangga,2010), hal. 88-89.
[5]Sudarwan,
Danim Visi Baru Manejemen Sekolah: dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal
58-60
[7]
Lensufiie, Tikno. 2010. Leadership untuk Profesional dan
Mahasiswa..... hal. 82-83.
[9]
http://www.majalahpendidikan.com/2011/03/kepemimpinan-transformasional-dan.html diakses pada hari
Rabu 28 November 2012 pukul 13.00
[10]
http://anan-nur.blogspot.com/2011/05/kepemimpinan-transaksional-dan.html diakses pada hari Rabu 28 November 2012
pukul 13.10
[11] http://jeffy-louis.blogspot.com/2012/04/makalah-kepemimpinan-transaksional-dan.html diakses pada hari Rabu 28
November 2012 pukul 13.05
[12] Imam Munawwir, Asas-asas
Kepemimpinan dalam Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hal 167.
cucok bgt nih org hahahha
BalasHapussalam exchange chiciiii
cucok baba
Hapus