Selasa, 21 Mei 2013

kepemimpinan tranformasional dan transaksional :)


Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional
Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas Individu
Mata kuliah: Leadership
Dosen Pengampu: Drs. Nur Munajat M.Si
                                                           









Disusun Oleh : V-PAI C
Nama               :Chichi ‘Aisyatud Da’watiz Zahroh   
NIM                :10410006
No. Absen       :

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
TAHUN 2012

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Tolak ukur suatu negara adalah berdasarkan kepemimpinannya, itulah kalimat yang bisa menggambarkan kemajuan suatu negara. Membahas tentang kepemimpinan seperti tidak akan ada habis-habisnya. Kepemimpinan yang ideal menjadi sebuah makna yang sukar untuk dilakukan apalagi di negara Indonesia yang telah terjadi krisis kepemimpinan.
Pemimpin menjadi sebuah komponen penting yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Pemimpin muncul karena adanya perbedaan perbedaan dalam kehidupan manuisa yang heterogen, yang kemudian butuh untuk disatukan, diselaraskan dan diarahkan agar perbedaan-perbedaan itu tidak melahirkan sebuah konflik atau banyaknya masalah. Adaya pemimpin untuk mencari solusi itu.
Dia adalah “orang terpilih” karena semua pihak yang berbeda pendapat setuju untuk menjadikannya penengah. Oleh sebab itu kebanyakan pemimpin sejati yang kita kenal adalah orang yang memiliki kelebihan-kelebihan sifat maupun kemampuan dibanding manusia kebanyakan.
Di antara jenis Kepemimpinan itu adalah kepemimpinan transaksional dan tranformasional. Kedua jenis kepemimpinan ini pertama kali dipaparkan oleh Burn pada tahun 1978 dalam konteks politik, yang kemudian dikembangkan oleh Bass 1985 serta Berry dan Houston (1993”) yang membawanya dalam konteks organisasional.
Kepemimpinan transaksional dan tranformasinal sering disebutkan secara berdampingan satu dengan yang lainnya ini karena pada dasarnya keduanya memiliki perspektif yang sama dalam hal “seorang pemimpin harus memberikan sesuatu agar anggota bergerak menuju tujuan organisasi”..
Dalam makalah ini akan disajikan berbagai pemaparan tentang kepemimpinan transaksional dan tranformasional baik dari perspektif umum maupun pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang diatas, rumusan masalahnya adalah:
1.      Apa pengertian kepemimpinan?
2.      Apakah pengertian kepemimpinan transaksional?
3.      Apakah pengertian  kepemimpinan tranformasional?
4.      Apa hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional?

PEMBAHASAN
A.    Pengertian kepemimpinan
1.      Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi. kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut) . Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berralasi dengan para pengikut mereka.
2.      Kepemimpinan merupakan suatu proses. agar bisa mempimpin, pemimpin harus melakukan sesuatu. sprti telah diobservasi oleh john gardner (1986-1988) kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong suatu proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.
3.      Kepemimpinan harus membujuk orang lain untuk mengambil tindakan. Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seoerti menggunakan otoritas yang terelegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi dan mengkomonikasikan visi.[1]
Sehingga dapat disimpulkan, kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.[2]
Empat keterampilan dan keahlian dalam seni memimpin:
1.      Kemampuan menggunakan kekuasaan secara efektif dan dalam perilaku yang bertanggung jawab.
2.      Kemampuan memahami manusia yang memiliki kekuatan motivasi yang berbeda pada waktu yang berbeda dan dalam situasi yang berbeda pula.
3.      Kemampuan memberikan dan memicu inspirasi pihak  lain.
4.      Kemampuan bertindak dengan suatu perilaku yang dapat mengembangkansuatu iklim yang kondusif untuk merespon dan meningkatkan motivasi.[3]
B.     Kepemimpinan Transaksional
1.      Burns 1978
Model kepemimpinan yang terjadi ketika pola relasi antara pemimpin konstituen maupun antara pemimpin dengan elit politiknya lainnya dilandasi oleh semangat pertukaran kepentingan ekonomi ataupolitik untuk memelihara atau melanjutkan status quo.

2.      Menurut Bycio dkk. (1995) serta Koh dkk. (1995).
a.       Pengertian
Kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepekatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, dan penghargaan.
Sehingga dapat diartikan, kepemimpinan Transaksional sebagai cara yang digunakan seorang pemimpin dalam menggerakkan anggotanya dengan menawarkan imbalan atau akibat kontribusi yang diebrikan oleh anggota kepada organisasi.
b.      Unsur-Unsur kepemimpinan:
1.      Unsur kerja sama antara pengikut dan pemimpin yang bersifat kontraktual.
2.      Unsur prestasi yang terukur.
3.      Unsur reward atau upah yang dipertukarkan dengan loyalitas.
Pola kepemimpinan ini akan berjalan dengan baik apabila ketiga unsur diatas terpenuhi.sekaligus memuaskan kedua belah.[4]
c.       Karakteristik kepemimpinan transaksional ditunjukkan dengan perilaku atasan sebagai berikut (Bass dalam Robbins – Judge, 2008) :
1.      Imbalan  Kontinjen  (Contingensi  Reward).
Pemimpin melakuka kesepakatan tentang hal-hal apa saja yang dilakukan oleh bawahan dan menjanjikan imbalan apa yang akan diperoleh bila hal tersebut dicapai.
2.      Manajemen  dengan  pengecualian/ aktif (Active Manajemen By exception)  Pada manajemen eksepsi aktif pemimpin memantau deviasi dari standar yang telah ditetapkan  dan  melakukan  tindakan  perbaikan, serta melakukan tindakan perbaikan.
3.      Manajemen  pengecualian / pasif (Pasive Manajemen  By  exception). 
 Pada manajemen pasif pemimpin melakukan tindakan jika standar tidak tercapai.
d.      Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah sesuatu perasaan yang dimiliki masing-masing individu khususnya dalam menilai kerja.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual, setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut, dengan demikian kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja,jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya, antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan, pendidikan.
Hian Chye Koh menyatakan bahwa kepuasan kerja didukung oleh lima faktor yang meliputi: pekerjaan, rekan kerja, gaji, promosi, dan pemimpin. Berangkat dari pendapat itu, diantara kepuasan kerja yang didapat karyawan, faktor pemimpin mempunyai andil dalam membentuk loyalitas karyawan agar tetap berjalan sesuai dengan apa yang dihapkan oleh perusahaan.
C.     Kepemimpinan Transformasional
1.      Pengertian
Kemampuan melakukan transformasi aneka sumber daya sekolah dimutlak-kan dalam kerangka kepemimpinan sekolah yang dikelola secara berbasis MBS. Istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda/ Misalnya, mentransformasikan visi menjadi realita, panas menjadi energi, potensi menjadi aktual, laten menjadi manifes, dan sebagainya. Transformasional, karenanya, mengandung makna sifat-sifat yang dapat mengubah sesuatu menjadi bentuk lain, misalnya, mengubah energi potensial menjadi energi aktual atau motif berprestasi menjadi prestasi riil.
Dengan demikian, seorang kepala sekolah disebut menerapkan kaidah kepemimpinan transformasional, jika dia mampu mengubah energi sumber daya; baik manusia, instrumen, maupun situasi untuk mencapai tujuan-tujuan reformasi sekolah. Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja dengan dan/atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah ditetapkan. Sumber daya dimaksud dapat berupa SDM, fasilitas, dana, dan faktor-faktor eksternal keorganisasian. Dalam organisasi pembelajaran, SDM dimaksud dapat berupa pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru, dosen, widyaiswara, peneliti, dan Iain-lain.
Berkaitan dengan kepemimpinan transformasional ini, Leithwood dkk. (1999) menulis:
Transformational leadership is seen to be sensitive to organization building, developing shared vision, distributing leadership and building school culture necessary to current restructuring efforts in schools.
Kutipan ini menggariskan bahwa kepemimpinan transformasional menggiring SDM yang dipimpin ke arah tumbuhnya sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi, pengembangan visi secara bersama, pendistribusian kewenangan kepemimpinan, dan membangun kultur organisasi sekolah yang menjadi keharusan dalam skema restrukturisasi sekolah itu.[5]
a.       Menurut Bass dalam Swandari (2003) mendefinisikan bahwa kepemimpinan transformasional sebagai pemimpin yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu.  Dengan penerapan kepemimpinan transformasional bawahan akan merasa dipercaya, dihargai, loyal dan tanggap kepada pimpinannya.
b.      Kepemimpinan transformasional adalah tipe pemimpin yang menginsprirasi para pengikutnya untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi mereka dan memiliki kemampuan mempengaruhi yang luar biasa, Aspek utama dari kepemimpinan transformasional adalah penekanan pada pembangunan pengikut.
2.       Ada tiga cara seorang pemimpin transformasional dalam yaitu dengan:
a.       Mendorong bawahan  untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha;
b.      Mendorong bawahan untuk mendahulukan kepentingan kelompok; dan
c.       Meningkatkan kebutuhan bawahan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri.
3.      Bass dalam Robbin dan Judge, (2008) mengemukakan adanya empat ciri karakteristik kepemimpinan transformasional, yaitu:
a.       Kharisma (Charisma) / Pengaruh yang Ideal
Merupakan proses pemimpin mempengaruhi bawahan dengan menimbulkan emosi-emosi yang kuat, Kharisma atau pengaruh yang ideal  berkaitan dengan reaksi bawahan terhadap pemimpin. Pemimpin di identifikasikan dengan dijadikan sebagai penutan oleh bawahan, dipercaya, dihormati dan mempunyai misi dan visi yang jelas menurut persepsi bawahan dapat diwujudkan. Pemimpin mendapatkan standard yang tinggi dan sasaran yang menantang bagi bawahan.
Kharisma dan pengaruh yang ideal dari pemimpin menunjukkan adanya pendirian, menekankan kebanggan dan kepercayaan, menempatkan isu-isu yang sulit, menunjukkan nilai yang paling penting dalam visi dan misi yang kuat, menekankan pentingnya tujuan, komitmen dan konsekuen etika dari keputusan serta memiliki sence of mission. Dengan demikian pemimpin akan diteladani, membangkitkan kebanggaan, loyalitas, hormat, antusiasme, dan kepercayaan bawahan.  Selain itu pemimpin akan membuat bawahan mempunyai kepercayaan diri.  Sunarsih, (2001)[6]
b.      Rangsangan intelektual (intellectual stimulation)
Berarti mengenalkan cara pemecahan masalah secara cerdik dan cermat, rasional dan hati-hati sehingga anggota mampu berpikir tentang masalah dengan cara baru dan menghasilkan pemecahan yang kreatif. Rangsangan intelektual berarti menghargai kecerdasan mengembangkan rasionalitas dan pengambilan keputusan secara hati-hati.  Pemimpin yang mendorong bawahan untuk lebih kreatif, menghilangkan keengganan bawahan untuk mengeluarkan ide-idenya dan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada menggunakan pendekatan-pendekatan baru yang lebih menggunakan intelegasi dan alasan-alasan yang rasional dari pada hanya didasarkan pada opini-opini atau perkiraan-perkiraan semata. Bass dalam Sunarsih, (2001).
c.        Inspirasi (Inspiration)
Pemimpin yang inspirasional adalah seorang pemimpin yang bertindak dengan cara memotivasi dan menginspirasi bawahan yang berarti mampu mengkomunikasikan harapan-harapan yang tinggi dari bawahannya, menggunakan simbol-simbol untuk memfokuskan pada kerja keras, mengekspresikan tujuan dengan cara sederhana.
Pemimpin mempunyai visi yang menarik untuk masa depan, menetapkan standar yang tinggi bagi para bawahan, optimis dan antusiasme, memberikan dorongan dan arti terhadap apa yang perlu dilakukan. Sehingga pemimpin semacam ini akan memperbesar optimisme dan antusiasme bawahan serta motivasi dan menginspirasi bawahannya untuk melebihi harapan motivasional awal melalui dukungan emosional dan daya tarik emosional.
d.      Perhatian Individual (Individualized consideration)
Perhatian secara individual merupakan cara yang digunakan oleh pemimpin untuk memperoleh kekuasaan dengan bertindak sebagai pembimbing, memberi perhatian secara individual dan dukungan secara pribadi kepada bawahannya.


4.      Ciri Kepemimpinan Tranformasional
a.       Unsur pemimpin
Pemimpin memiliki karisma dimata pengikut, visi atau idelisme yang seduai dengan harapan berikut, mampu memberikan pengaruh kepada pengikut.
b.      Unsur pengikut
Pengikut memiliki inspirasi dan dirinya dan memandang pemimpin mampu membawanya untuk mewujudkan inspirasi tersebut dan memiliki motivasi dan pemimpin motivasi tersebut untuk diarahkan menjadi tujuan bersama.
c.       Unsur kerja sama
Di dalam melaksanakan pekerjaannya, pemimpin mampu merangsang atau memicu kreatifitas intelektual dari para pengikut.
d.      Unsur keputusan
Di dalam kerja sama tranformasional, pengikut bebas mengambil keputusan dan bukan karena ada tekanan.[7]
Pemimpin mampu memperlakukan orang lain sebagai individu, mempertimbangkan kebutuhan individual dan aspirasi-aspirasi, mendengarkan, mendidik dan melatih bawahan. Sehingga pemimpin seperti ini memberikan perhatian personal terhadap bawahannya yang melihat bawahan sebagai individual dan menawarkan perhatian khusus untuk mengembangkan bawahan demi kinerja yang bagus.  Pimpinan memberikan perhatian pribadi kepada bawahannya, seperti memperlakukan mereka sebagai pribadi yang utuh dan menghargai sikap peduli mereka terhadap organisasi.[8]



D.    Hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional
1.      Perbedaan
Transaksional
Tranformasional
1.     Kepemimpinan transaksional menggunakan pendekatan transaksi untuk disepakati bersama antara pemimpin dengan karyawan. Disini pemimpin mengambil inisiatif untuk menawarkan beberapa bentuk pemuasan kebutuhan karyawan seperti peningkatan upah, promosi, pengakuan dan perbaikan kondisi kerja. Sebaliknya apabila karyawan mau menerima tawaran itu mereka harus bekerja keras untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Apabila kedua belah pihak telah menyepakati transaksi tersebut, pemimpin menindaklanjuti dengan merumuskan dan mendiskripsikan tugas-tugas dengan jelas dan operasional, menjelaskan target yang harus dicapai, menawarkan berbagai bentuk imbalan yang dapat memotivasi karyawan untuk bekerja keras.
2.     Kepemimpinan transaksional memotivasi pengikut dengan minat-minat pribadi, melibatkan nilai-nilai yang relevan dalam proses pertukaran dan tidak langsung menyentuh substansi perubahan yang dikehendaki. Selain tujuan antara transformasional dengan transaksionl berbeda, kontuniutas perilaku juga berbeda. Keperbedaan kedua pendekatan kepemimpinan tersebut bukanlah bersifat dikotomis melainkan lebih bersifat stuasional, sehingga tampilannya lebih berupa sebuah kontinium atau kontingensi.



1.       untuk menjadi pemimpin yang sukses, dia harus membangkitkan komitmen pengikutnya untuk dengan kesadarannya membangun nilai-nilai organisasi, mengembangkan visi organisasi, melakukan perubahan, dan mencari terobosan-terobosan baru untuk meningkatkan produktivitas organisasi. Untuk menjadi pemimpin transformasional, ia harus melakukan tugasnya melalui:
Pertama, Membangun keadaran pengikutnya akan pentingnya semua pihak mengembangkan dan perlunya semua pihak harus bekerja keras untuk meningkatkan produktivitas organisasi. Kedua mengembangkan komitmen berorganisasi dengan mengembangkan kesadran ikut memilki organisasi, kesadran bertanggung jawab menjaga kebutuhan dan kehidupan organisasi, serta berusaha memlihar dan memajukan organisasi.
Pada kepemimpinan transaksional pemimpin memang berperan sebagai penampung aspirasi anggotanya, akan tetapi lebih fokus pada aspirasi para individu, bukan lembaga. Jadi pemimpin bekerja sepenuh tenaga untuk sebesar mungkin memenuhi aspirasi para individu. Pemimpin bekerja pada sistem yang sudah terbangun, tanpa dituntut punya inisiatif mengembangkan komunitas lebih lanjut. Singkatnya, dalam kepemimpinan transaksional, pemimpin lebih bertindak sebagai seorang manajer dengan berpedoman kuat pada nilai-nilai yang sudah terbangun secara mapan. Akad hubungan dengan anggota yang ditekankan adalah “reward” (imbalan) dan “punishmen” (hukuman) yang bersifat konvesional.
2.       Pemimpin transformasional bisa melakukan perilaku transaksional dalam situasi tertentu guna menciptakan perubahan, sehingga proses penggabungan dua model kepemimpinan tersebut terjadi.
Sementara dalam kepemimpinan transformasional, selain menjadi representasi keinginan bersama para anggotanya, pemimpin juga dituntut untuk selalu aktif melakukan inisiasi perubahan (envisioning). Memang dia akan berpijak sistem yang sudah ada, akan tetapi bersamaan dengan itu, dia juga aktif mempromosikan visi baru yang progresif berlandaskan pada moralitas dan tujuan luhur bersama. Pemimpin menjadi motivator kegairahan anggotanya untuk bersama mendorong kemajuan lembaga.
Dalam proses kepemimpinannya, ada proses dialektika aktif antara pemimpin dan anggota untuk mendiskusikan visi baru organisaisi. Dalam proses tersebut anggota memberikan standar “capaian” bersama organisasi, dan pada saat yang sama pemimpin menstimulasi diskursus yang mengarah pada capaian standar baru yang lebih tinggi. Jadi, ada tambahan peran pemimpin transformational yaitu envisioning, energizing, dan enabling (Burns 2003). Envisioning artinya pemimpin menstimulus terbentuknya visi baru organisasi yang lebih maju. Energizing berarti berarti kekuatan karakter yang menjadi sumber energi (spirit) bagi anggota untuk bergairah bekerja mewujudkan cita-cita lembaga. Dan dengan enabling Pemimpin bekerja bersama dengan anggota sehingga memberikan keyakinan akan terwujudnya cita-cita lembaga (bukan cita-cita individu).[9]

                   Keduanya memiliki kesamaan dalam hal perlunya memberikan “sesuatu” kepada anggota agar mereka bergerak sesuai tujuan organisasi, selain itu ada juga tiga perbedaan antara jenis kepemimpinan ini, yakni :
a.        Transaksional memberi imbalan berupa kebutuhan fisiologis bagi para anggotanya sedangkan transformasional memberi inspirasi dan motivasi untuk mendapatkan self esteem/harga diri dan aktualisasi diri.
b.      Dalam hal kepentingan yang didahulukan, kepemimpinan transaksional mementingkan kepentingan pribadi anggota untuk ditukar dengan imbalan agar ia mau bekerja demi kepentingan bersama sedangkan transformasional mementingkan kepentingan bersama dengan menjelaskan betapa pentingnya hal tersebut sehingga anggota rela mengesampingkan kepentingan pribadinya.
c.        Dalam hal situasi internal dan eksternal organisasi, transaksional biasanya dipakai dalam situasi yang stabil dan dalam hal-hal teknis yang telah baku prosedurnya sedangkan Transformasional dipakai dalam keadaan tak stabil dan atau terpuruk serta dalam hal-hal yang bersifat strategis dan tak baku.[10]
Burn (dalam Pawar dan Eastman, 1997) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional dapat dipilah secara tegas walaupun keduanya merupakan gaya kepemimpinan yang saling bertentangan karena kepemimpinan transformasional dan transaksional sangat penting dan dibutuhkan setiap organisasi.
Pada dasarnya, kepemimpinan merupakan kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi karyawan dalam sebuah organisasi, sehingga mereka termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam memberikan penilaian terhadap gayakepemimpinan yang diterapkan pemimpin, karyawan melakukan proses kognitif untuk menerima, mengorganisasikan, dan memberi penafsiran terhadap pemimpin (Solso, 1998).
Berbagai penelitian yang dilakukan berkaitan dengan kepuasan kerja terutama dalam hubungannya dengan gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional. Penelitian yang dilakukan oleh Koh dkk. (1995) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transformasional dan transaksional dengan kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Popper dan Zakkai (1994) menunjukkan bahwa pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap organisasi sangat besar.[11]
3.      Bagan Hubungan Kepemimpinan Transaksional dan Tranformasional

Karisma Idealisme

Stimulasi Intelektual

Hasil yang terjadi

Kepemimpinan Transaksional
Management By-Expection
Contingent Reward

Hasil yang diharapkan

Perhatian Individual

Motivasi Inspirasional
 










PENUTUP
KESIMPULAN
Karakteristik kepemimpinan secara umum: sederhana, jujur, percaya diri, cerdas, adil, luwes, bertanggung jawab dan masih banyak lagi.[12] Kepemimpinan Transaksional dapat diartikan sebagai cara yang digunakan seorang pemimpin dalam menggerakkan anggotanya dengan menawarkan imbalan/akibat terhadap setiap kontribusi yang diberikan oleh anggota kepada organisasi.
Karakteristik Kepemimpinan Transaksional terdiri dari:
-    Pengadaan Imbalan, pemimpin menggunakan serangkaian imbalan untuk memotivasi para anggota, Imbalannya berupa kebutuhan tingkat fisiologis (maslow).
-    Eksepsi/pengecualian, dimana pemimpin akan memberi tindakan koreksi atau pembatalan imbalan atau sanksi apabila anggota gagal mencapai sasaran prestasi yang ditetapkan
Karakteristik Pemimpin Transaksionalis terdiri dari:
-    Mengetahui keinginan bawahan
-    Terampil Memberikan imbalan atau janji yang tepat
-    Responsif terhadap kepentingan bawahan
Kondisi yang dianggap pas dalam menerapkan Kepemimpinan Transaksional:
-    Internal
1.  Struktur Organisasi (mekanistik, peraturan, prosedur jelas, sentralisasi tinggi)
2.  Teknologi Organisasi (teknologi proses, kontinue, mass-production)
3.  Sumber kekuasan & pola hubungan anggota organisasi (sumber kekuasaaan di dalam struktur, hubungan formal)
4.  Tipe kelompok kerja(kerja tim, sifat pekerjaan umumnya engineering/teknis)
-    Eksternal
1.  Struktur lingkungan luar(baik, norma kuat, status quo)
2.Kondisi perubahan (lambat, tidakstabil, ketidakpastian rendah)
3.Kondisi pasar( stabil)
Sedangkan Kepemimpinan Transformasional adalah kepemimpinan yang membawa organisasi pada sebuah tujuan baru yang lebih besar dan belum pernah dicapai sebelumnya dengan memberikan kekuatan mental dan keyakinan kepada para anggota agar mereka bergerak secara sungguh-sungguh menuju tujuan bersama tersebut dengan mengesampingkan kepentingan/keadaan personalnya.
Karakteristik Kepemimpinan Transformasional:
-    Adanya pemberian wawasan serta penyadaran akan misi, membangkitkan kebanggaan, serta menumbuhkan sikap hormat dan kepercayaan pada para bawahannya (Idealized Influence - Charisma)
-    Adanya proses menumbuhkan ekspektasi yang tinggi melalui pemanfaatan simbol-simbol untuk memfokuskan usaha dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara yang sederhana (Inspirational Motivation),
-    Adanya usaha meningkatkan intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara seksama (Intellectual Stimulation),
- Pemimpin memberikan perhatian, membina, membimbing, dan melatih setiap orang secara khusus dan pribadi (Individualized Consideration).
Karakteristik Pemimpin Transformasionalis
- Kharismatik
- Inspiratif dan motivatif
- Percaya diri
- Mampu berkomunikasi dengan baik
- Visioner
- Memiliki idealisme yang tinggi
 Kondisi yang dianggap pas dalam menerapkan Kepemimpinan Transformasional
- Eksternal
1.    Struktur lingkungan luar (ada tekanan terhadap situasi, Ketidakpuasan masyarakat)
2.    Kondisi perubahan (berubah cepat, bergejolak, ketidakpastian)
3.    Kondisi pasar (sering terjadi perubahan dan tak stabil)
4.    Pola hubungan kepemimpinan (pemimpin sebagai orang tua yang membimbing ke pencapaian tujuan, hubungan emosional dengan anggota kental dan dekat)
- Internal
1. Struktur Organisasi (organik, prosedur adaptif, otoritas tidak jelas, desentralisasi)
2. Teknologi Organisasi (teknologi batch/satu kali pengerjaan)
3.  Sumber kekuasan & pola hubungan anggota organisasi (sumber kekuasaan penguasaan informasi, hubungan informal)
4.  Tipe kelompok kerja (kerja tim-variatif, sifat pekerjaan umumnya yang memerlukan kreativitas tinggi, craft:keahlian, heuristic:tidak terstruktur, manajemen atas dan menengah)  
 Keduanya memiliki kesamaan dalam hal perlunya memberikan “sesuatu” kepada anggota agar mereka bergerak sesuai tujuan organisasi, selain itu ada juga tiga perbedaan antara jenis kepemimpinan ini, yakni :
1.      Transaksional memberi imbalan berupa kebutuhan fisiologis bagi para anggotanya sedangkan transformasional memberi inspirasi dan motivasi untuk mendapatkan self esteem/harga diri dan aktualisasi diri.
2.       Dalam hal kepentingan yang didahulukan, kepemimpinan transaksional mementingkan kepentingan pribadi anggota untuk ditukar dengan imbalan agar ia mau bekerja demi kepentingan bersama sedangkan transformasional mementingkan kepentingan bersama dengan menjelaskan betapa pentingnya hal tersebut sehingga anggota rela mengesampingkan kepentingan pribadinya.
3.      Dalam hal situasi internal dan eksternal organisasi, transaksional biasanya dipakai dalam situasi yang stabil dan dalam hal-hal teknis yang telah baku prosedurnya sedangkan Transformasional dipakai dalam keadaan tak stabil dan atau terpuruk serta dalam hal-hal yang bersifat strategis dan tak bakuDalam sistem yang dibentuk di dalam sebuah organisasi, selama sistem digunakan untuk mengatur manusia, maka tetap diperlukan campur tangan manusia. Campur tangan manusia tersebut berguna untuk menimbulkan pengaruh terhadap hasil yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2007. Visi Baru Manejemen Sekolah: dari Unit Birokrasi ke Lembaga   
        Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.
Danim, Sudarwan. 2007. Menjadi komunitas pembelajar: kepemimpinan transformasioanl
          dalam  komunitas organisasi pembelajaran.jakarta: Bumi Aksara.
Lensufiie, Tikno. 2010.  Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa. Jakarta: Erlangga.
Frinces, Heflin. 2009. Kepmimpinan Berbasis Kewirausahaan Entrpreurial-Based
          Leadership. Yogyakarta: Mida Pustaka.
Munawwir, Imam. 1994. Asas-Asas Kepemimpinan dalam Islam. Surabaya: Usaha Dunia.
        kepemimpinan-transaksional-pengaruhnya-terhadap-kepuasan-kerja-pegawai/





[1] http://erdiyansyah.wordpress.com/2010/08/14/kepemimpinan-transformasional-dan-kepemimpinan-transaksional-pengaruhnya-terhadap-kepuasan-kerja-pegawai/
[2] Sudarwan, Danim, Visi Baru Manejemen Sekolah: dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 205.
[3] Dr. Z. Heflin Frincess, BSc, MSc. Soc, MA, Kepemimpinan Berbasis Kewirausahaan Entrepreneurial-Based Leadership, (Yogyakarta: Mida Pustaka, 2009), hal. 81
[4] Tikno Lensufiie, Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa, (Jakarta: Erlangga,2010), hal. 88-89.
[5]Sudarwan, Danim Visi Baru Manejemen Sekolah: dari Unit Birokrasi ke Lembaga  Akademik (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal 58-60

[7] Lensufiie, Tikno. 2010.  Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa..... hal. 82-83.

[10] http://anan-nur.blogspot.com/2011/05/kepemimpinan-transaksional-dan.html diakses pada hari Rabu 28 November 2012 pukul 13.10

[12] Imam Munawwir, Asas-asas Kepemimpinan dalam Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hal 167.

2 komentar:

Pendampingan Pemanfaatan Buku Bacaan Bermutu (BBB) di SDN 1 Sambon Kec. Banyudono Kab. Boyolali

 Assalamu'alaikum... Sugeng Enjang.... Halo, kali ini saya akan menyampaikan kegiatan Pendampingan Pemanfaatan Buku Bacaan Bermutu (BBB)...