Pendidikan di Inggris dan Perancis
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Kelompok
Mata kuliah: Perbandingan Pendidikan
Disusun Oleh : V-PAI C
1. Chichi
‘Aisyatud Da’watiz Zahroh 10410006
2. Anna
Rif’atul Mahmudah 10410007
3. Bara
Resda Kurniawan 10410009
4. Nurul
Na’imah 10410017
5. Rini
Pambudi 10410018
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
TAHUN 2013
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan selalu menjadi pembahasan yang selalu hangat di setiap
negara. Di negara maju seperti Inggris dan Perancis, pendidikan menjadi
komponen yang mendapatkan anggaran yang besar untuk mendukung prestasi-prestasi
peserta didik. Penelitian-penelitian dilakukan dengan dukungan teknologi yang
selalu mendukungnya.
Setiap negara punya otonomi, kebijakan dan keunikan masing-masing.
Makalah ini akan membahas dan memaparkan pendidikan di Negara Inggris dan
Perancis, sehingga model pendidikan disana bisa di rekonstruksi di negara
Indonesia ini.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
pendidikan di Negara Inggris?
2.
Bagaimana
pendidikan di Negara Perancis?
3.
Bagaimana
rekonstruksi pendidikan dari Negara Inggris dan Perancis yang bisa diterapkan
di Indonesia?
PEMBAHASAN
1. Pendidikan
di Inggris
a. Latar
belakang Pendidikan
Lembaga pendidikan di Inggris sudah ada pada
akhir abad ke-6. Sekolah pertama yang berdiri adalah “grammar school” pada tahun 598 di Canterbury, England.
Universitas Oxford adalah universitas pertama dan tertua di dunia.
Di inggris mulai mencanangkan program wajib
belajar pada tahun 1880. Wajib belajar hanya untuk anak yang berusia 5-10
tahun, batas akhir usia wajib belajar adalah 14 tahun yang terjadi pada tahun
1918.
b.
Sistem Pendidikan di Inggris
Sistem pendidikan di
Inggris dibagi berdasarkan empat negara yaitu England, Skotlandia, Wales dan
Irlandia Utara. Setiap negara memiliki sistem yag berbeda di bawah pemerintahan
masing-masing. Pemerintah Inggris hanya
bertanggung jawab terhadap England saja. Pemerintah Skotlandia, Pemerintah Wales
dan Eksekutif Irlandia Utara menggunakan sistem pendidikan sesuai kebijakan
negaranya.
Ø Struktur Dasar Sistem Pendidikan di Inggris
§ Pendidikan pra-primer (pre-primary education),
usia 3-4 tahun
§ Pendidikan primer (primary education),
usia 4-11 tahun
§ Pendidikan sekunder (secondary education),
usia 11-16 tahun
Pendidikan
lanjutan (further education), usia 16-18 tahun Pendidikan tinggi, usia di atas 18 tahun Umumnya siswa setelah
menyelesaikan pendidkan sekunder (usia 16 tahun), lalu mengambil ujian General Certificate of Secondary Education (GCSE), untuk kemudian melanjutkan ke pendidikan
lanjutan (further education) selama 2 tahun.
Setelah
mendapatkan nilai GCSE siswa di Inggris mengambil kualifikasi AS (Advanced Subsidiary) level yang kemudian dilanjutkan
dengan A-Level, yang dapat diambil di sekolah yang
sama, sixth form collegeatau further education college. A-Level biasanya dipakai sebagai syarat
melanjutkan pendidikan ke universitas. Selain A-Level terdapat
beberapa pilihan lain seperti kualifikasi Business and Technology
Education Council (BTEC), International Baccalaureate (IB), Cambridge Pre-U dan sebagainya, termasuk pilihan
melanjutkan ke berbagai sekolah tinggi kejuruan.
Pendidikan
tinggi (higher education) umumnya dimulai dengan tiga tahun
pendidikan setingkat sarjana atau bachelor’s degree.
Kemudian, pendidikan pascasarjana dimulai dengan pendidikan tingkat master yang
biasanya dapat ditempuh dalam waktu satu tahun. Tingkat pendidikan tertinggi di
tahapan ini adalah pendidikan tingkat doktor yang setidaknya ditempuh selama
tiga tahun.
a)
Tipe Sekolah
Ada
dua yaitu: Sekolah yang dibiayai pemerintah (publicly-funded schools)
atau ‘state school’ dan sekolah swasta (non grant-aided schools) atau ‘private school’. Selain itu, baru-baru ini pemerintah
Inggris memperkenalkan sistem baru yang dinamakan free school.
b)
Pendidikan Primer dan Sekunder
Terdapat dua tahap
pendidikan primer dan sekunder yang termasuk program paket wajib belajar:
Pendidikan Primer (usia 5-11 tahun), dan Pendidikan Sekunder (usia 11-16
tahun).Umumnya siswa melanjutkan dari sekolah primer ke sekolah sekunder di
usia 11 tahun. Banyak juga dari sekolah
sekunder setelah menyelesaikan tahap pendidikan wajib belajar juga menyediakan
pendidikan tingkat lanjutan untuk siswa usia 16 sampai 18 tahun.
1)
Kriteria Penerimaan
Penerimaan
siswa baru sekolah-sekolah primer atau sekunder yang dibiayai pemerintah, tidak
dipungut bayaran. Proses penerimaan siswa diatur oleh pemerintah melalui
peraturan khusus yaitu Schools Admissions Code dan Schools Admission Appeals Code. Semua sekolah yang
dibiayai oleh pemerintah dan memiliki bangku kosong harus menerima aplikasi
siswa tanpa syarat.
·
Waktu Belajar di
Sekolah
Sekolah
masuk selama 190 hari dalam satu tahun. Pengajar wajib berada di sekolah 5 hari
lebih lama untuk tujuan kegiatan di luar waktu mengajar, seperti misalnya:
pengembangan profesiTahun ajaran baru biasanya dimulai awal September dan
diakhiri bulan Juli tahun berikutnya. Sekolah umumnya beroperasi lima hari
seminggu (Senin sampai Jum’at).
Waktu pengajaran minimum dalam satu minggu:
Waktu belajar dalam satu hari umumnya mulai pukul
09.00 hingga antara pukul 15.00 dan 16.00.
2)
Jumlah Siswa dalam Kelas
Jumlah siswa di
sekolah prime (reguler) dalam satu kelas kelompok usia 5-7 tahun dibatasi hanya
30 siswa saja. Di sekolah primer, siswa umumnya diajar oleh pengajar umum,
sedangkan di sekolah sekunder diajar oleh pengajar yang khusus.
3) Kurikulum
Di
Inggris, kurikulum wajib belajar dikelola oleh Departemen Pendidikan (DfE). Pada
tingkat pendidikan primer, mata pelajaran yang diajarkan dibagi berdasarkan
tingkatan Key Stage. Materi yang
termasuk dalam tingkatan Key Stage 1 sampai
dengan Key Stage 3 adalah Bahasa Inggris, Matematika, Sains,
Desain dan Teknologi, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Sejarah, Geografi,
Seni dan Desain, Musik dan Olahraga. Pada Key Stage 3 siswa
wajib mengambil mata pelajaran Bahasa Asing dan Kewarganegaraan.
Setelah
menyelesaikan Key Stage 3, siswa mulai dihadapkan
dengan berbagai pilihan, yaitu setelah menyelesaikan Year 9. Saat baru memasuki Year 10 pilihan tersebut adalah siswa mulai
memilih mata pelajaran, yaitu mata pelajaran wajib dan pilihan seperti sistem
kuliah di negara Indonesia. Mata pelajaran wajib diujikan, yaitu: Bahasa Inggris, Matematika,
Sains. Mata pelajaran itu pula yang diujikan dalam ujian nasional General Certificate of Secondary Education (GCSE) di
akhir Year 11.
4)
Pendidikan Tingkat Lanjutan
Setelah
siswa menyelesaikan sekolah sampai dengan Year 11 dan
lulus ujian nasional GCSE (UAN) kemudian mereka dapat melanjutkan pendidikan ke
tingkat lanjutan. Terdapat beberapa pilihan sekolah di tingkat ini, antara
lain: melanjutkan di sekolah yang sama, melanjutkan pendidikan ke sixth form college, further education
college, atau tertiary college.
Pada
umumnya siswa yang ingin melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi atau
universitas memilih melanjutkan di sekolah yang sama (Year 12) atau melanjutkan ke sixth form college
Kriteria
penerimaan siswa baru untuk jenjang pendidikan ini ditentukan oleh sekolah
atau college masing-masing. Biaya pendidikan gratis
diberikan bagi siswa sampai dengan usia 19 tahun.
Tidak
ada kurikulum yang wajib di jenjang pendidikan tingkat lanjutan ini. Siswa
dapat memilih berbagai mata pelajaran yang ditawarkan oleh sekolah atau lembaga
pendidikan tingkat lanjutan berdasarkan kualifikasi yang mereka inginkan.
Pengajar diberi kebebasan untuk memutuskan metode dan materi pengajaran yang
dianggap sesuai.
5) Pendidikan Tinggi
Terdapat
berbagai macam tipe lembaga pendidikan tinggi termasuk diantaranya adalah
universitas, perguruan tinggi (higher education colleges),
dan university colleges. Lembaga pendidikan tinggi di
England sangat beragam baik segi ukuran, misi dan sejarahnya.
6) Tren Mahasiswa Asing
di Inggris
Berdasarkan
laporan resmi Universities UK yang dirilis tahun 2011, tercatat 2,5 juta
orang di Inggris berada di bangku kuliah dan 400 ribu orang
diantaranya adalah mahasiswa asing. Hal ini menempatkan sektor pendidikan
tinggi sebagai sektor utama penopang ekonomi Inggris.
7)
Penerimaan Mahasiswa
Penerimaan
Mahasiswa menggunakan sistem UCAS memungkinkan calon mahasiswa baru yang
memiliki kualifikasi berbeda untuk mendaftarkan diri ke universitas. Sistem ini
menganut penyetaraan nilai. Walaupun demikian, sistem ini tidak diwajibkan untuk
diadopsi oleh lembaga pendidikan tinggi dan banyak program studi di berbagai
universitas yang hanya mempersyaratkan hasil mata pelajaran A-Level dengan nilai tertentu.
c) Private School
Private school atau sekolah independen memiliki kebebasan
menentukan kurikulum dan persyaratan masuk. Paling tidak terdapat 2.300 sekolah
independen di Inggris. Sekolah ini dibiayai oleh uang masuk yang dibayar orang
tua murid.
d) Free School
Free
school pertama kali diperkenalkan
oleh pemerintah Inggris pada tahun 2010. Sekolah ini tetap didanai oleh
pemerintah namun tidak dikelola oleh pemerintah daerah. Sekolah dapat didirikan
oleh sekelompok masyarakat tertentu misalnya orang tua murid, guru, yayasan
nirlaba, universitas, kelompok agama dan lain-lain yang disetujui pendanaannya
oleh pemerintah. Sekolah ini didirikan bukan untuk tujuan profit dan dalam
penerimaan siswanya tidak boleh bersifat selektif. Dengan keterlibatan
masyarakat diharapkan sekolah seperti ini dapat menyaingi atau mengungguli
sekolah-sekolah swasta yang memiliki kebebasan dalam pengelolaannya yang selama
ini hanya dapat ditempuh kalangan berada. Perencanaan kurikulumnya diatur oleh
kepala sekolah, termasuk gaji guru sampai dengan kalender akademik sekolah.
Kebijakan
saat ini menekankan bahwa pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus (special education needs) sebisa mungkin diselenggarakan
bersamaan dengan sekolah umum lainnya. Jika seorang anak membutuhkan perhatian
lebih yang tidak dapat disediakan oleh sekolah, maka pemerintah daerah harus
memberikan pernyataan bahwa anak tersebut memiliki kebutuhan khusus, kemudian
merinci kebutuhan dan layanan ekstra yang diperlukan.
f)
Staf Pengajar
Staf
pengajar di England tidak tergolong pegawai negeri sipil (civil servants), namun direkrut oleh pemerintah daerah
atau lembaga yang tergantung jenis sekolahnya. Staf pengajar di lembaga swasta
merupakan pegawai dari lembaga tersebut.
Untuk
mengajar di sekolah pemerintah (maintained schools),
staf pengajar diwajibkan memiliki sertifikasi QTS atau Qualified Teacher Status. Ada dua kategori dalam sistem
sertifikasi ini, yaitu: diadakan secara beruntun (consecutive) atau
bersamaan (concurrent).
Pelatihan
yang diadakan secara beruntun (consecutive) ditujukan
bagi staf pengajar yang sudah bergelar sarjana. Pelatihan profesi ini bertujuan
untuk mendapatkan dua sertifikat: (1) secara akademik yaitu Professional Graduate/Postgraduate Certificate in Education (PCGE)
dan (2) secara profesional yaitu QTS. Biasanya secara tradisi, program
pelatihan tipe ini mempersiapkan staf pengajar untuk menjadi staf pengajar di
tingkat sekunder, namun saat ini populer juga sebagai jenis pelatihan untuk
menjadi staf pengajar pendidikan di tingkat primer.
Untuk
di tingkat pendidikan lanjutan (further education),
staf pengajar diwajibkan memiliki kualifikasi profesional. Semua staf yang
tugas utamanya adalah mengajar, memberikan pelatihan atau pendampingan terhadap
murid, diwajibkan untuk berstatus Qualified Teacher Learning and Skills (QTLS)
atau Associate Teacher Learning Skills (ATLS).
Pada
jenjang pendidikan tinggi (higher education),
lembaga pendidikan tinggi memberikan pelatihan terhadap staf pengajarnya
masing-masing, khususnya bagi staf pengajar baru. Pelatihan ini tidak diwajibkan,
namun lembaga pendidikan tinggi berhak memasukkan syarat pelatihan ke dalam
persyaratan kontrak kerja. Sertifikasi untuk staf pengajar di tingkat
pendidikan tinggi disebut Postgraduate Certificate in
Higher Education (PCGHE), yang diakreditasi oleh Higher Education Academy (HEA).
g)
Kualifikasi dan Ujian di Inggris
Sistem
kurikulum nasional diberlakukan di Inggris terutama untuk sekolah-sekolah yang
termasuk state school (dibiayai oleh pemerintah), oleh
karena itu berlaku sistem ujian nasional. Untuk jenjang pendidikan primer dan
sekunder, berlaku sistem National Curriculum dan
sistem Key Stage. Di setiap akhir tingkatan diadakan
ujian yang disebut National Curriculum Test (NCT) dan Key Stage Test (KST). Jenjang sekunder umumnya diakhiri
dengan ujian nasional General Certificate of
Secondary Education (GCSE). Setelah tahap ini, kebanyakan siswa
meneruskan ke pendidikan lanjutan untuk mempersiapkan ujian AS (Advanced Subsidiary)-Level dan A2-Level yang dikombinasikan menjadi A (Advanced)-Level, sebagai persiapan memasuki universitas
atau perguruan tinggi.
h)
Ujian Pendidikan Primer
Penilaian
terhadap siswa usia 3 sampai 14 tahun dilaksanakan melalui sistem National Curriculum Test atau Key Stage Test untuk melihat perkembangan yang
telah dicapai siswa terhadap setiap mata pelajaran yang diberikan. Penilaian
dilaksanakan untuk memantau perkembangan siswa dalam perencanaan pendidikan
tingkat berikutnya, bukan untuk menentukan lulus atau gagal. Tujuannya untuk
mengetahui perkembangan, kemampuan serta kemajuan yang telah dicapai setiap
siswa pada setiap mata pelajaran yang diberikan. Hasil evaluasi ini dipakai
sebagai panduan bimbingan pendidikan siswa di tingkat berikutnya.
·
Tingkat Sarjana
Gelar
sarjana (bachelor degree) atau di Inggris disebut juga ‘ordinary degree’ atau ‘first
degree’ menawarkan kualifikasi seperti bachelor of arts (BA), bachelor
of science (BSc) atau bachelor of medicine (MB).
Tergantung dari jurusan yang dipilih, jenjang ini dapat diselesaikan dalam
waktu 3 atau 4 tahun. Umumnya program sarjana 4 tahun ditempuh dengan
melibatkan kerja praktek selama satu tahun di industri atau di luar negeri yang
dikenal dengan program ‘sandwich course’.
Untuk menyelesaikan tingkat sarjana di beberapa pilihan jurusan memerlukan
waktu yang lebih lama; seperti misalnya, jurusan kedokteran (medical courses) umumnya memerlukan 5 atau 6
tahun. Kuliah tingkat sarjana di Inggris ditawarkan juga dalam bentuk paruh
waktu atau dengan jadwal pembelajaran yang fleksibel.
Tingkat
sarjana disetarakan pada level 6 dalam Kerangka Kerja untuk Kualifikasi
Pendidikan Tinggi (Framework for Higher Education Qualifications
- FHEQ). Daftar FHEQ menunjukkan kesetaraan suatu jenjang
pendidikan yang dapat ditempuh melalui program yang berbeda (lihat Lampiran A).
Untuk
mendaftar kuliah jenjang sarjana diperlukan kualifikasi yang diatur oleh University and Colleges Admissions Service (UCAS). Sistem penerimaan mahasiswa yang digunakan
disebut ’UCAS tariff’. Dalam sistem ini, kualifikasi
pelamar akan dinilai dan diberikan poin yang kemudian dapat digunakan untuk
melamar ke suatu program di institusi pendidikan tinggi. Setiap universitas dan
program studi menetapkan poin yang berbeda dan umumnya dihitung dari hasil
ujian A-Level, walaupun pelamar dapat menggunakan jenis
kualifikasi yang berbeda namun setara.
Terdapat empat tipe
utama kualifikasi program pascasarjana : Postgraduate certificates,
Postgraduate diplomas, Tingkat
master (master degree), dan Tingkat doktoral (doctorate). Postgraduate certificates, Postgraduate diplomas dan tingkat master
disetarakan pada level 7 dalam Kerangka Kerja untuk Kualifikasi Pendidikan
Tinggi (Framework for Higher Education Qualifications - FHEQ) sedangkan
tingkat doktoral disetarakan pada level 8.
·
Tingkat Master
Program
tingkat master adalah suatu program kualifikasi akademis. Program ini dapat
berdasarkan kegiatan riset, kuliah, atau kombinasi keduanya. Walaupun
bervariasi tergantung jurusannya, umumnya dapat diselesaikan dalam kurun waktu
satu tahun. Di akhir program, umumnya mahasiswa diwajibkan membuat
disertasi (dissertation).
·
Tingkat Doktoral
Kualifikasi
tingkat doktoral membuka kesempatan mahasiswa untuk melakukan penelitian secara
orisinil. Umumnya diperlukan paling tidak 3 tahun untuk menyelesaikan suatu
program.[1]
Dalam
sistem kependidikan di Inggris lebih
menunjukkan bahwa pendidikan di Inggris lebih mementingkan spsialisasi keahlian
dan ketrampilan dalam berbagai lapangan hidup sesuai dengan bakat dan kemampuan
murid – muridnya pada pendidikan tingkat menengah. Sistem sekolahan di Inggris
banyak terpemgaruh oleh sistem pendidikan di daratan Eropa, terutama Jerman,
banyak bermuncukan ahli – ahli kependidikan terkenal seperti Frobel,
Pestalozzi, Herbart, dan sebagainya.
Meskipun
Inggris tergolong negara maju dalam industri dan teknologi, namun dalam masalah
kependidikan juga masih dirasakan adanya problem – problem yang tidak mudah
dipecahkan. Problema – problema
kependidikan di Inggris itu pernah dilaporkan oleh Persatuan Nasional Guru
Inggris dan Wales ( The National Union of Teachers of England and Wales ) yang
pokok – pokonya dikemukakan dalam konggres ke 27 di Jakarta sebagai berikut :
1) The
relationship between education and employment and preparation for the transition
from school to work. ( bagaimana hubungan antara pendidikan dan pekerjaan
sebagaimana menyiapkan peralihan dari sekolah ke dunia kerja).
Orang
Inggris masih merasa belum puas tentang keharusan adanya hubungan antara
sekolah denan kebutuhan praktis bagi siswa – siswanya dalam memasuki dunia
kerja. Oleh karena itu hendaknya hubungan antara dunia kerja lebih dipererat.
Meskipun tugas pokok sekolah ( menurut pandangan mereka) bukanlah memberikan
pendidikan kekaryaan yang berkaitan dengan lapangan kerja di perusahaan –
perusahaan semata.
2) A
commitment to life-long education ( rasa keterkaitan dengan pendidikan
sepanjang hayat)
Masalah
yang harus dipecahkan adalah bagaimana cara pendidikan sepanjang hayat dapat
dilaksanakan secara merata sampai kepada orang – orang ayang berusia lanjut
atau dewasa yang pada masa kanak – kanak tidak mendapat kesempatan memperoleh
pendidikan.
Saat
ini di inggris, sedang digalakan penyelenggaraan pendidikan bagi orang tua atau
dewasa dengan memanfaatkan ruang – ruang kelas yang ada. Dan konsekuensinya
adalah guru – guru – gurunya harus dipersiapakan secara khusus melalui
pelatihan dan penataran yang memakan biaya yang cukup besar dalam waktu yang
relatif singkat.
3) The
expansion of educational facilities. (
pengembangan sarana kependidikan)
Pengembangan
fasilitas atau sarana kependidikan ini akan memakan banyak biaya terutama jika
disejalankan dengan pesatnya kemajuan ilmi dan teknologi dalam segala bidang
pendidikan. Pesatnya kemajuan teknologi tersebut disatu pihak akan mengurangi
tenagan guru itu sendiri, yakni banyak guru yang menganggur. Dan di lain pihak
bila fasilitas itu dikurangi, maka akan menimbulkan hambatan belajar dari siswa
juga akan membatasi pertumbuhan ekonomi di masa datang.
4)
Teacher
education of tomorrow ( pendidikan Guru untuk hari esok )
Pendidikan
guru harus lebih ditingkatkan lagi mutunya, hal ini menyangkut sistem dan
metodenya, sehingga harapan masyarakat luas untuk mendapatkan hasil
kependidikan anaknya semakin dapat terpenuhi. Profesi keguruan harus dipersiapkan
secara matang melalui sistem pendidikan tinggi yang lamanya 4 tahun.
Guru
untuk hari esok harus mampu menjabarkan pengertian bagi siswanya tentang adanya
kenyataan yang ada dalam masyarakat bahwa disana terdapat berbagai kepentingan
yang berlatang belakang multi rasial dan multi kultural. Siswa harus menjadi
orang dewasa yang benar – benar matang pandangan berfikirnya tentang masalah
hak asasi manusia dan sebagainya. [2]
i)
Keunikan dan Kelebihan Pendidikan
Inggris
Menurut Dyah Setyorini, sejak TK dan SD pembelajaran
siswa dengan Fun Learning, mengoptimalkan kemanusiaan secara utuh, belum banyak
tantangan dan belum sampai spirit.
Keunikan
lainnya:
o
membentuk pendidikan karakter yang
seutuhnya, seimbang antara pikiran, mentalitas yang sehat.
o
Membuat masyarakat peradaban (civil
society).
o
Mengkondisikan dan menghormati HAM.
o
Menghargai keberbedaan. Contoh: tidak
boleh memanggil dengan “si hitam, si gendut atau yang lain”.
o
Berkolaborasi dan mengembangkan budaya
kritis, tidak malu bertanya dan tidak khawatir bicaranya dianggap bodoh karena
semua mempunyai kesempatan.
o
Menyamakan peraturan di sekolah,
keluarga dan lingkungan.
o
Feeling terhadap sesama dan menghargai
kepemilikan.[3]
j)
Pendidikan Agama Islam di Inggris
Pendidikan Agama Islam tidak masuk dalam kurikulum,
karena di Inggris tidak ada kewajiban memeluk agama (atheisme), tidak seperti
negera Indonesia serta karena kebanyakan mereka adalah pemeluk Katolik. Tetapi,
untuk sekolah yang berbasis Islam contohnya di British, ada pelajaran PAI,
karena mayoritas dari orang-orang Pakistan.[4]
2. Pendidikan
di Perancis
(1)
Negara Perancis dan sistem pendidikannya
Perancis adalah
sebuah negara yang luas di benua Eropa sesudah Rusia, dengan luas area 549.000
km persegi. Agar pendidikan dapat berjalan lancar sebagian besar murid harus
diasramakan (boarding). Sistem pendidikan menggunakan sentralistik.
(2)
Tujuan Pendidikan
Yang harus dilakukan
terlebih dahulu adalah meningkatkan nasionalisme. Upaya peningkatan
nasionalisme ini dilakukan melalui sekolah dengan mempromosikan buku-buku teks
yang seragam yang isinya antara lain menekankan perlunya melanjutkan negara
Perancis dan pembentukan sistem baru bersifat sentralistis yang ketat.
Pada tingkat sekolah
dasar yang pendidikannya adalah gratis, wajib dan tidak membedakan aliran
keagamaan, terdapat dua jenis pendidikan yang paralel ; sekolah umum
pemerintah, dan sekolah-sekolah menengah kecil disebut
“lycees”. Sekolah yang terakhir ini sering menampung murid-murid yang
berasal dari kelas menengah borjuis, yang selalu keberatan mengirim
anak-anaknya ke sekolah yang sama bersama anak-anak rakyat biasa.
Tujuan sistem sekolah
atau pendidikan: meningkatkan kesempatan yang sama dalam hidup bagi setiap
orang, memenuhi kebutuhan sistem yang produktif bagi orang-orang yang
“qualified”, dan memberikan prioritas pada pengembangan kepribadian setiap
anak.
(3)
Struktur dan Jenis Pendidikan
o
Pendidikan Formal
Hampir seluruh sistem pendidikan formal di Perancis
dilaksanakan secara tersentralisasi yang ketat dan dikontrol oleh Kementrian
Pendidikan. Pendidikan dasar berkembang dengan baik. Anak-anak boleh memulai
pendidikannya pada umur 2 tahun.
Semua anak berusia 6 tahun dan sepuluh tahun masuk
sekolah formal, kecuali anak cacat masuk pendidikan dasar. Sekolah khusus bagi
anak-anak cacat berkembang dengan cepat, baik jumlah maupun kualitasnya, dan
kira-kira 8% dari anak-anak umur sekolah pendidikan dasar berada di sekolah
khusus. “Dropout” tidak ada dalam sistem pendidikan Perancis karena hal itu
dilarang oleh undang-undang
Pendidikan menengah
terdiri dari dua siklus. Yaitu:
o
Pada
siklus pertama, umumnya anak-anak memasuki lembaga pendidikan yang
dinamakan “cell’eges d’enseignement secondarire” (CES) (4 tahun/ sampai
umur 16 tahun)
o
Siklus kedua
pendidikan menengah terbagi atas dua jalur, yaitu “jalur panjang” (long
stream), dan “jalur pendek” (short stream”). Jalur panjang diarahkan
pada baccalaureat dan pendidikan tinggi Jalur pendek adalah murni
pendidikan teknik yang diarahkan untuk mendapatkan “Certificat d’Aptitude
Professionele” (CAP) dalam rentang waktu dua tahun.
o
Pendidikan tinggi
Pada level pendidikan tinggi, jumlah mahasiswa
meningkat 17 kali semenjak tahun 1930, dan 7 kali semenjak 1951. Akses ke
perguruan tinggi sudah menjadi luas, namun ketidaksamaan latar belakang sosio
ekonomi mahasiswa masih sangat tinggi. Perbedaan yang sangat ekstrim adalah
bidang kedokteran berasal dari keluarga profesional dan kelas eksklusif dan
bidang tenologi kebanyakan dari keluarga buruh kelas rendah, blue-collar
workers.
(4)
Manajemen Pendidikan
v
Otorita
Pada pertengahan abad ke-19 di bawah wewenang sebuah
kementrian, untuk setiap daerah, mentri
diwakili oleh seorang “perfect” yang kemudian oleh seorang Rektor.
Kementrian Pendidikan yang ada saat ini mengawasi
pendidikan formal di semua tingkat : prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan
menengah pertama dan atas serta pendidikan tinggi.
v
Pendanaan
Belanja pendidikan ini dipikul bersama oleh beberapa
lembaga antara lain Kementrian pendidikan dan Kementrian-kementrian lain,
pemerintah daerah, perusahaan, keluarga dan sebagainya. Sekolah-sekolah negeri
dibiayai sebagian besar oleh pemerintah pusat, pemerintah lokal/daerah kurang
berperan, sedangkan masyarakat atau keluarga secara keseluruhan menyumbang 13%
dari total pengeluaran.
Pada tingkat pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi, ada bantuan yang bersifat progresif, yaitu bantuan beasiswa diberikan
hanya kepada keluarga berpenghasilan rendah; sebagian bantuan bersifat
regresif, yaitu berupa peringanan/pemotongan pajak (tax reduction). Akibat
sistem ini hanya keluarga yang sangat miskin dan yang sangat kaya yang
menikmati bantuan pemerintah.
v
Personalia
Pendidikan dan pelatihan untuk guru pendidikan dasar
dilaksanakan di setiap daerah pada sekolah yang disebut ‘ecole normale dan pendidikan selama tiga/ empat tahun. Para
calon guru ini direkrut dari tamatan baccalaureat (tamatan sekolah
menengah) dengan terlebih dahulu mengikuti ujian masuk. Pendidikan di ‘ecole
normale dibina oleh dosen-dosen dari universitas, dan yang berhasil
menyelesaikan pendidikannya diberikan gelar universitas.
v
Kurikulum dan Metodologi
Sistem pendidikan Perancis bersifat sentralistis,
membuat pengembangan kurikulum sekolah diatur oleh sebuah komisi nasional
beranggotakan terutama anggota korp inspektur jendral. Cakupan kurikulum
bersifat nasional. Para inspektur pendidikan diberi tugas mengunjungi sekolah
dan kelas-kelas pada waktu tertentu secara teratur untuk memonitor apakah
pengajaran sebagaimana telah digariskan secara resmi dilaksanakan oleh guru dan
sekolah.
Berbeda halnya di tingkat pendidikan tinggi yang lebih
bersifat independen, universitas harus mengikuti program umum nasional agar
terdapat keseragaman sistem pemberian gelar secara nasional.
v
Ujian, Kenaikan Kelas, dan Sertifikasi
Sistem ujian sepenuhnya berada di tangan guru. Tidak
ada sertifikat yang diberikan kepada murid sampai menyelesaikan pendidikan pada
siklus pertama pendidikan menengah, yaitu setelah mendapat pendidikan selama
sembilan tahun.
Pada pendidikan menengah, para konselor program
orientasi atau bimbingan membantu siswa dan ikut berpartisipasi dalam komisi orientasi
pada grade kedua yang menentukan seorang siswa dinaikan
ke gradeketiga atau dimasukkan ke kelas khusus, sebagai persiapan
mengikuti pemagangan (apprenticeship).
v
Penelitian Pendidikan
Penelitian pendidikan dapat dikatakan tidak
terorganisasi dengan baik dan sering dilakukan terkotak-kotak dalam ilmu
tradisional seperti psikologi, sosiologi, sejarah atau ekonomi; tetapi semenjak
1960 telah banyak perkembangannya. Selain penelitian itu, juga ada penelitian
pendidikan internal dan eksternal.[5]
Di
Perancis, mutu kependidikan tidak dapat diatasi hanya dengan melalui sekolah
guru, tanpa diimbangi dengan peningkatan bidang kehidupan lainnya, seperti
ekonomi, dan political will dari pemimpin negaranya. Problema lainnya ialah
bagaimana agar pendidikan tidak terlalu intelektual.[6]
v PAI di Negara Perancis
PAI
di Perancis hampir sama dengan di Inggris, kurikulum belum memasukkan PAI dalam
mata pelajaran, karena mayoritas bukan muslim. Tetapi, sekolah, masjid, lembaga pendidikan Islam sudah berkembang.
Sejumlah sekolah Islam berdiri di Prancis. Sampai kini, sedikitnya ada empat
sekolah Muslim swasta.
Academy of Lyon, badan pendidikan negara yang
tertinggi di kota itu, menolak izin operasional sekolah itu dan menutup sekolah
dengan alasan pihak sekolah tidak memenuhi standar kebersihan dan keselamatan.
Namun, Pengadilan Administratif di Lyon membatalkan penutupan itu pada Februari
tahun lalu. Ini berarti sekolah Al-Kindi bisa membuka ajaran baru pada Maret
2007. [7]
3. Rekonstruksi
dari Negara Inggris dan Perancis
Rekonstruksinya:Pengadaan Asrama untuk semua siswa dan
mahasiswa (Boarding School), Penanaman etik dan Attitude yang mendalam sejak kecil,
Menanamkan percaya diri yang tinggi, budaya kritis dan berani bertanya, Menerapkan
civil society, Menerapkan peraturan
yang sama antara sekolah, keluarga dan lingkungan, Ujian sepenuhnya yang
mengatur guru.
PENUTUP
Kesimpulan
Di Inggris, Pendidikan mempunyai aspek penting dalam
mencerdaskan kehidupan berbangsa sehingga sejak dini pemerintah mengatur agar
guru menamkan Attitude dan Basically yang tinggi sehingga pada saat dewasa
sudah mendarah daging pengetahuan kognitif, afektif dan psikomotornya.
Sedangkan di Perancis, pengadaan boarding school dan
sistem pendidikan yang sentralistik membuat keseluruhan pendidikan menjadi
bersatu padu, serempak dan sama. Penelitian pendidikan juga sangat kreatif,
inovatif, dinamis dan beragam, sehingga menjadi pesat dan teratur.
Masalah pergaulan bebas, hanya orang-orang yang
meremehkan pendidikan dan sikap yang melakukan perbuatan yang merusak moral.
Rekonstruksi dari Negara Inggris dan Perancis yang
bisa diimplementasikan di Indonesia, seperti pengadaan Asrama untuk semua siswa
dan mahasiswa (Boarding School), penanaman etik dan Attitude yang mendalam
sejak kecil, menanamkan percaya diri yang tinggi, budaya kritis dan berani
bertanya, menerapkan civil society, menerapkan
peraturan yang sama antara sekolah, keluarga dan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Muhammad. Ilmu Perbandingan Pendidikan. Jakarta: Golden Terayun Press.
Wawancara Dra.
Dyah Setyorini, M.Sc, A.Pp
http://yherlanti.wordpress.com/2010/08/12/pendidikan-perancis/
di.html
Lampiran
Narasumber:
Nama : Dra. Dyah Sulistyorini,
M.Sc, A.Pp
Alamat :
Gg. Putra Bangsa 3 III no 511 L, rt 19, rw 04 warung
boto, Umbul Harjo, Yogyakarta
Pekerjaan :
Bekerja di Balai POM Yogyakarta
Riwayat Pendidikan : SD Mexico Pagi Jakarta
SMP Pangudi Luhur
SMA Taranalita
S1 UGM Farmasi UGM
S 2 Kimia Analisa Salvert, Manchaster
University
hari
Selasa, 12 Maret 2013 pukul 13.00 WIB
[2] Muhammad Arifin, Ilmu Perbandingan Pendidikan (Jakarta:
Golden Terayun) hal, 62-66.
[3] Hasil Wawancara Dra. Dyah
Setyorini, M.Sc, A.Pp hari Jumat 16 Maret 2013 pukul 17.30-
18.15
[4] Ibid.,
Selasa
12 Januari pukul 13.10 WIB
[6] Muhammad Arifin, Ilmu Perbandingan Pendidikan................hal.
79.
[7] http://www.idhamlim.com/2010/04/perancis-negara-umat-muslim-terbesar-di.html, diakses pada hari Sabtu 16
Maret 2013 pukul 13.30 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar